Pelat merah asing ekspansif di Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia adalah sasaran empuk para pemodal asing. Perusahaan sovereign wealth fund yang menjadi kendaraan investasi negara asing membidik investasi di Tanah Air. Kabar terbaru, konglomerasi bisnis milik Kerajaan Thailand, Siam Cement Group (SCG), kembali memperbesar porsi investasinya di Indonesia.

SCG Retail Holding Co Ltd, anak usaha SCG Group, akan menjadi pemegang saham strategis di PT Catur Sentosa Adiprana Tbk (CSAP), perusahaan bahan bangunan pemilik merek gerai Mitra 10. SCG akan memiliki 9,09% saham CSAP.

Masuk lewat skema private placement, SCG akan membenamkan Rp 324 miliar. "Pembeli siaganya SCG, 9,09% yang akan dilepaskan dengan harga Rp 800 per saham," kata Idrus H Widjajakusuma, Sekretaris Perusahaan CSAP, kepada KONTAN, Senin (16/7).


Presiden dan CEO SCG, Roongrote Rangsiyopash,  melihat peluang pasar Indonesia di sektor perdagangan modern dan ritel. "Kami bangga menjadi mitra dan membangun pertumbuhan di Indonesia secara berkelanjutan," kata dia dalam penjelasan tertulis yang diterima KONTAN.

Ekspansi raksasa investasi  milik negeri tetangga ke Indonesia bukan kali ini saja. Sebelumnya jejak investasi dipijakkan oleh sejumlah sovereign wealth fund. Sebut saja Temasek Holdings, Government of Singapore Investment Corporation (GIC) serta Khazanah Nasional Berhad Malaysia (lihat tabel).

Temasek Holding Properti: Keppel Land-Modernland; Keppel Land- CapitaLand Maskapai: Singapore Airlines (beroperasi di Indonesia) Jasa keuangan: Bank Danamon Indonesia E-commerce: Lazada, Alibaba Start-up: Go-Jek Media: Mediacorp-KapanLagi Network
Government of Singapore Investment Corporation(GIC) - Investasi di PT Nusantara Sejahtera Raya (NSR) senilai Rp 3,5 triliun (US$ 265 juta). NSR adalah pemilik jaringan bioskop yang mengusung brand Cinema 21, Cinema XXI dan The Premiere. - Menyuntik modal Rp 5,2 triliun ke PT Trans Retail, anak usaha CT Corp.
Siam Cement Group - PT Semen Jawa (industri semen) - PT SCG Readymix Indonesia (ready-mixed concrete) - PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk (lantai/ubin dinding) - PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (etilena, propilena, dll) - PT Kia Keramik Mas (genteng) - PT Kokoh Inti Arebema Tbk (distribusi) - PT Catur Sentosa Adiprana Tbk (bahan bangunan)
Khazanah Nasional Berhad - Pengembangan proyek jalan tol Cikopo-Palimanan (Cipali) - Memiliki saham di CIMB Niaga, melalui CIMB Group. - Menguasai saham Axiata Group Berhad, induk usaha PT XL Axiata Tbk (EXCL).

Awal tahun ini, Temasek masuk perusahaan aplikasi transportasi terbesar di Indonesia, Go-Jek. Bersama Google dan Meituan-Dianping asal China, Temasek menginjeksi modal segar ke Go-Jek senilai US$ 1,6 miliar.

Asing melihat bisnis Go-Jek, terutama di sistem pembayarannya, amat menggiurkan. Sebab, Indonesia punya keunggulan, yakni populasinya besar dengan ekonomi yang terus bertumbuh.

Kendaraan investasi milik Pemerintah Singapura lainnya, GIC juga tak mau ketinggalan. Perusahaan ini antara lain berinvestasi Rp 5,2 triliun ke PT Trans Retail, anak usaha CT Corp, serta berinvestasi US$ 265 juta atau Rp 3,5 triliun di PT Nusantara Sejahtera Raya, operator jaringan bioskop Cinema 21, Cinema XXI, dan The Premiere.

Demikian pula Khazanah Nasional Berhad. Kendaraan investasi asal Malaysia ini tertarik membiayai proyek infrastruktur di Indonesia. Lewat anak usahanya, Plus Expressways Berhad, Khazanah memiliki  jalan tol Cipali.

Sementara melalui CIMB Group, Khazanah menguasai saham Bank CIMB Niaga. Perusahaan ini juga mengendalikan perusahaan telekomunikasi PT XL Axiata, melalui Axiata Group Berhad.

Semestinya Indonesia tidak menjadi penonton di negeri sendiri. Lebih dari tujuh dekade berdiri, Indonesia belum memiliki perusahaan investasi  sendiri alih-alih ekspansi ke negeri lain.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia