KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Produsen tinplate, PT Pelat Timah Nusantara Tbk (
NIKL) terus berupaya memperbaiki kinerja bisnisnya di tahun ini. Sebagai market leader di kategori produknya, emiten berkode NIKL tersebut juga berupaya memperlebar segmen bisnis
high end product-nya. Ardhiman T.A, Direktur Utama NIKL mengatakan sebenarnya fokus menggarap
high end product sudah dilakukan jauh-jauh hari. Namun di tahun 2019 ini perusahaan berharap
high end product tersebut dapat ditingkatkan lebih baik lagi, khususnya di kategori segmen susu. "Seperti produk susu kental manis dan juga di makanan," ujar Ardhiman saat paparan publik perseroan berlangsung, Selasa (26/3). Di 2018 kemarin untuk kategori makanan, manajemen mengaku sempat dipengaruhi isu negatif dari sarden yang tak higienis, namun perlahan segmen ini dapat berangsur pulih.
Berdasarkan pemaparannya, kontribusi penjualan dari segmen makanan yang semula 19,81% dari total revenue di 2017 naik menjadi 22,26% di 2018 kemarin. Sementara segmen susu menjadi penyumbang utama bisnis perseroan dengan kontribusi 26,48% di tahun 2018, mengalami pelebaran dibandingkan tahun 2017 sebelumnya yang tercatat 23,68%. Sementara itu sisanya di 2018 diisi oleh ragam segmen mulai dari biskuit & permen sebanyak 19,16% dari total
revenue, lalu cat sebesar 11,48%. Mengenai peluang pasar baru, manajemen mengakui bahwa NIKL masih fokus melayani pelanggan yang telah eksisting terlebih dahulu. Melihat laporan keuangan 2018, beberapa pembeli produk NIKL yaitu PT United Can sebanyak US$ 27,42 juta atau sekitar 17% dari total revenue dan PT Indonesia Multi Colour Painting senilai US$ 26,19 juta atau 16% dari penjualan bersih di tahun kemarin. Adapun terkait pangsa pasar NIKL di tinplate pada tahun 2018 terjadi sedikit penurunan dari 62% di tahun sebelumnya menjadi 61% di tahun kemarin, sisa pangsa pasar lainnya diisi barang impor. Manajemen menolak memberikan rincian tonase penjualan sebab khawatir dengan persaingan yang terjadi saat ini. Namun dalam pemberitaan Kontan.co.id, permintaan tinplate nasional setidaknya dalam setahun bisa mencapai 240.000 ton. Jika market share NIKL mencapai 61% di tahun 2018, maka setidaknya volume penjualan perusahaan terhitung 146.400 ton pada tahun tersebut. Ardhiman menyebutkan kapasitas produksi pabrikan saat ini mencapai 160.000 ton per tahun dan belum
full capacity. Oleh karenanya fokus lainnya NIKL di tahun ini ialah menaikkan utilisasi pabrikan dan mencaplok pangsa pasar yang diisi oleh produk impor tersebut. NIKL juga tidak akan menganggarkan dana yang besar bagi
capital expenditure (capex) di 2019. Cukup dengan US$ 3,6 juta, perseroan akan memaksimalkan utilisasi lini produksi yang ada.
Kedepannya perusahaan juga terus menggenjot efisiensi agar tetap dapat memperoleh keuntungan. "Kami selalu lakukan perbaikan efisiensi yang berkelanjutan terutama bidang produksi," sebut Ardhiman. Soal proyeksi satu tahun kedepan, Ardhiman mengaku belum dapat membeberkannya saat ini. Yang jelas periode kuartal-I 2019 tengah berjalan, dan ia optimis efisiensi yang telah dijalankan akan terlihat baik di variabel komersial maupun produksi di laporan kuartal mendatang. Pasar lokal sepanjang tahun lalu mendominasi penjualan NIKL yakni hampir 99% dari total revenue atau senilai US$ 162 juta naik 6,5% dibandingkan tahun sebelumnya US$ 152 juta. Sementara sisanya ekspor yang melonjak naik hampir 4 kali lipat, dari US$ 182 ribu di 2017 menjadi US$ 696.000. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini