JAKARTA. Pelayanan catering merupakan hal utama yang dikeluhkan para jemaah haji. Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pelayanan catering dianggap paling tidak memuaskan. Kepala BPS Rusman Heriawan mengatakan, para jemaah haji menyarankan supaya ada perbaikan kualitas catering. Menurutnya, jemaah haji meminta supaya cita rasa dan variasi menu makanan diperhatikan. "Juru masak sebaiknya dari orang Indonesia, kemudian kebersihannya, kesigapan penyediaan dari sisi waktu dan tempat serta sistem pembagian yang lebih merata dan adil, untuk lebih ditingkatkan," katanya, Senin (8/8).Survei BPS ini dilakukan di daerah kerja yakni Jeddah, Mekkah, Madinah, dan Satop Armina dimana masing-masing tercatat 2.500 responden. Namun, jamaah haji yang mengembalikan kuesioner ada sebanyak 4.200 jemaah, dan yang layak diperoleh sebanyak 3.929 kuesioner atau sekitar 93,55%.Survei BPS itu menunjukkan, tingkat kepuasan tertinggi terjadi pada pelayanan petugas kloter sebesar 88,88%. Di posisi kedua, pelayanan ibadah sebesar 85,95% lalu dengan pelayanan petugas non kloter seperti penerbangan (83,64%), pelayanan umum (83,15%), akomodasi atau pemondokan (79,95%), dan transportasi (76,82%). Sementara tingkat kepuasan pelayanan catering hanya sebesar 75,58%.Menteri Agama Suryadharma Ali mengakui tingkat kepuasan pelayanan catering ini masih rendah. Dia beralasan, jemaah haji berasal dari berbagai provinsi yang berbeda lidah dan selera. "Jadi ada saja Jamaah yang merasa kurang cocok dengan masakan yang dibuat 1-2 koki yang didatangkan dari Indonesia, tak menjamin cocok dengan selera seluruh Jamaah," katanya.Selain cita rasa, Suryadharm mengatakan, ketepatan waktu penyajian makanan juga sering menjadi masalah. Menurutnya, selama ini ada dua cara penyajian catering yakni memakai dus dan prasmanan. Dia bilang, penyajian makanan menggunakan dus sering kali basi. Ini lantaran jemaah haji baru memakan nasi dus pagi di malam hari. Namun, setelah diubah dengan prasmanan, Suryadharma bilang juga bermasalah. "Ada antrean panjang sementara meja dan ruangan terbatas," katanya. Bukan hanya itu. Dia bilang penyajian prasmanan membuat porsi pengambilan tidak merata. "Yang datang duluan mengambilnya banyak, jadi tidak imbang sama yang datang terakhir," tegasnya.Maka tahun ini, Kementerian Agama akan mengubah penyajian makan dengan menggunakan kotak. Untuk menghindari jemaah memakan nasi basi maka Kementerian Agama akan menggunakan warga kotak yang berbeda. Kementerian Agama juga berjanji menjaga gizi makanan bagi jemaah haji itu. Suryadharma bilang, ada petugas yang mengawasi gizi makanan tersebut. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pelayanan catering haji paling tidak memuaskan
JAKARTA. Pelayanan catering merupakan hal utama yang dikeluhkan para jemaah haji. Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pelayanan catering dianggap paling tidak memuaskan. Kepala BPS Rusman Heriawan mengatakan, para jemaah haji menyarankan supaya ada perbaikan kualitas catering. Menurutnya, jemaah haji meminta supaya cita rasa dan variasi menu makanan diperhatikan. "Juru masak sebaiknya dari orang Indonesia, kemudian kebersihannya, kesigapan penyediaan dari sisi waktu dan tempat serta sistem pembagian yang lebih merata dan adil, untuk lebih ditingkatkan," katanya, Senin (8/8).Survei BPS ini dilakukan di daerah kerja yakni Jeddah, Mekkah, Madinah, dan Satop Armina dimana masing-masing tercatat 2.500 responden. Namun, jamaah haji yang mengembalikan kuesioner ada sebanyak 4.200 jemaah, dan yang layak diperoleh sebanyak 3.929 kuesioner atau sekitar 93,55%.Survei BPS itu menunjukkan, tingkat kepuasan tertinggi terjadi pada pelayanan petugas kloter sebesar 88,88%. Di posisi kedua, pelayanan ibadah sebesar 85,95% lalu dengan pelayanan petugas non kloter seperti penerbangan (83,64%), pelayanan umum (83,15%), akomodasi atau pemondokan (79,95%), dan transportasi (76,82%). Sementara tingkat kepuasan pelayanan catering hanya sebesar 75,58%.Menteri Agama Suryadharma Ali mengakui tingkat kepuasan pelayanan catering ini masih rendah. Dia beralasan, jemaah haji berasal dari berbagai provinsi yang berbeda lidah dan selera. "Jadi ada saja Jamaah yang merasa kurang cocok dengan masakan yang dibuat 1-2 koki yang didatangkan dari Indonesia, tak menjamin cocok dengan selera seluruh Jamaah," katanya.Selain cita rasa, Suryadharm mengatakan, ketepatan waktu penyajian makanan juga sering menjadi masalah. Menurutnya, selama ini ada dua cara penyajian catering yakni memakai dus dan prasmanan. Dia bilang, penyajian makanan menggunakan dus sering kali basi. Ini lantaran jemaah haji baru memakan nasi dus pagi di malam hari. Namun, setelah diubah dengan prasmanan, Suryadharma bilang juga bermasalah. "Ada antrean panjang sementara meja dan ruangan terbatas," katanya. Bukan hanya itu. Dia bilang penyajian prasmanan membuat porsi pengambilan tidak merata. "Yang datang duluan mengambilnya banyak, jadi tidak imbang sama yang datang terakhir," tegasnya.Maka tahun ini, Kementerian Agama akan mengubah penyajian makan dengan menggunakan kotak. Untuk menghindari jemaah memakan nasi basi maka Kementerian Agama akan menggunakan warga kotak yang berbeda. Kementerian Agama juga berjanji menjaga gizi makanan bagi jemaah haji itu. Suryadharma bilang, ada petugas yang mengawasi gizi makanan tersebut. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News