KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk (
NELY) memproyeksikan tekanan terhadap kinerja bisnis masih akan berlanjut hingga kuartal IV 2025, seiring normalisasi tarif angkutan laut (
freight rates) pascapandemi sejak kuartal sebelumnya.
Meski demikian, perseroan tetap optimistis dapat menjaga profitabilitas dan membukukan laba grup di atas Rp 100 miliar hingga akhir tahun nanti. Direktur Utama Pelayaran Nelly Dwi Putri, Cynthia Sunarko, menyampaikan bahwa kinerja perseroan pada paruh pertama 2025 berjalan relatif stabil. Namun, memasuki semester kedua, industri pelayaran mulai memasuki fase penyesuaian.
“Paruh pertama tahun ini berjalan cukup lancar. Namun pada kuartal ketiga dan keempat terjadi normalisasi tarif angkutan ke level sebelum Covid, seiring dengan terurainya bottleneck logistik yang terjadi selama masa pandemi,” ujar Cynthia kepada
Kontan.co.id, pekan lalu.
Baca Juga: Trimitra Prawara (ATAP) Geber Ekspansi Lewat Proyek Cibungbulang Townhill pada 2026 Sebagai gambaran, pendapatan NELY tercatat sebesar Rp 302,39 miliar hingga kuartal III-2025, lebih rendah 12,75% dibandingkan pendapatan pada posisi yang sama tahun lalu Rp 346,59 miliar.
Cynthia menjelaskan, penurunan pendapatan perseroan dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Normalisasi tarif angkutan menjadi faktor utama, disusul oleh tantangan operasional dan kondisi eksternal lainnya. Menurutnya, kondisi cuaca seperti hujan turut menunda banyak pengiriman karena perseroan tidak dapat melakukan proses muat maupun bongkar. Faktor lainnya adalah basis aset yang lebih kecil, serta perubahan politik yang menyebabkan banyak perubahan birokrasi dan potensi keterlambatan dalam proses sertifikasi. Mengantisipasi kondisi tersebut, NELY telah mengambil langkah strategis sejak tahun lalu dengan melakukan divestasi sebagian aset. Langkah ini bertujuan menjaga kekuatan neraca dan fleksibilitas keuangan perseroan di tengah siklus industri yang menurun. “Kami telah mengantisipasi penyesuaian ini, sehingga pada tahun lalu kami melakukan divestasi sekitar 20% aset. Kami akan menunggu waktu yang tepat untuk kembali masuk ke pasar sekitar pertengahan 2026, saat harga aset berada pada level yang lebih rendah,” kata Cynthia. Terkait prospek kuartal IV, manajemen menilai tekanan di sektor pelayaran masih akan terasa, seiring normalisasi harga komoditas global. Namun demikian, kondisi ini dipandang sebagai bagian dari siklus bisnis yang wajar.
Baca Juga: HIMKI Dukung Deregulasi dan Insentif untuk Pertumbuhan Ekspor Industri Furnitur Untuk menjaga kelangsungan operasional, NELY mengandalkan struktur keuangan yang solid serta hasil restrukturisasi internal yang telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. “Kami memiliki neraca yang kuat dan likuiditas yang memadai, serta pendanaan yang telah disiapkan untuk saat harga aset telah kembali normal dan kami memutuskan untuk kembali masuk ke pasar,” tutur Cynthia. Dari sisi kinerja keuangan, perseroan tetap optimistis dapat mencapai target laba yang telah ditetapkan, meskipun terjadi penyesuaian tarif angkutan dan basis aset. Saat ini, NELY mengoperasikan 27 set kapal. Perseroan juga menunda ekspansi armada baru karena harga aset kapal dinilai belum sepenuhnya mencerminkan kondisi pasar.
Ke depan, manajemen melihat peluang pertumbuhan tetap terbuka seiring berjalannya siklus industri. NELY juga mulai mempersiapkan strategi jangka menengah dengan membidik kontrak jangka panjang guna menjaga pendapatan dasar serta membuka ruang ekspansi armada ketika harga aset telah kembali normal pada 2026.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News