Pelemahan Daya Beli Masyarakat Bisa Pengaruhi Kinerja Penjualan Eceran



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan kinerja penjualan eceran pada Juli 2024 meningkat. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Juli 2024 yang diperkirakan mencapai 212,0 atau secara tahunan tumbuh 4,3% secara tahunan atau year on year (yoy).

Namun secara bulanan, penjualan eceran diperkirakan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 7,4% mtm, atau lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh 0,4% mtm.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengakui kinerja penjualan ritel pada Juli 2024 tidak terlalu baik mengingat tidak ada momentum yang bisa mendorong masyarakat untuk melakukan konsumsi. 


Yusuf juga membandingkan angka indeks penjualan eceran riil secara kuartal. Pada kuartal II-2024, indeks penjualan eceran riil hanya tumbuh 0,7% yoy, atau lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,6% yoy. 

Angka tersebut juga relatif mengalami perlambatan jika dibandingkan pada kuartal II-2023 yang mencapai 1,6%. Padahal kata Yusuf, kuartal II tahun ini sama seperti kuartal II-2023 lantaran sama-sama terdapat momen Ramadhan dan Idul Fitri sehingga seharusnya bisa mendorong pertumbuhan indeks penjualan riil yang sama atau lebih tinggi dari tahun lalu.

"Dengan data yang menunjukkan pertumbuhan 0,7%, saya kira ini merupakan indikator lain yang menunjukkan bahwa pada kuartal II kemarin masyarakat harus melakukan penyesuaian konsumsi karena kita tahu untuk beberapa kebutuhan pangan relatif mengalami kenaikan hargaa terutama komoditas pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat umum," ujar Yusuf kepada Kontan.co.id, Jumat (9/8).

Baca Juga: BI: Kinerja Penjualan Eceran Meningkat pada Juli 2024

Hal ini juga terkonfirmasi dari data pertumbuhan kuartalan untuk komoditas makanan minuman dan tembakau di kuartal II-2024 yang tumbuh 1,2% atau melambat jika dibandingkan dengan pencapaian kuartal II-2023 yang mencapai 4,6%.

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memperkirakan kinerja penjualan eceran masih akan relatif stagnan. Memang ada momen Pilkada di akhir tahun nanti, namun efeknya tidak akan terlalu signifikan untuk mendorong peningkatan kinerja penjualan eceran.

"Masih relatif flat ya, belum ada katalis baru. Pilkada akhir tahun bisa jadi katalis, tapi dampaknya mungkin tidak setinggi Pilpres di awal tahun ini," kata David.

Staf Bidang Ekonomi, Industri dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto melihat bahwa kinerja penjualan eceran masih akan positif ke depannya meski dalam level yang moderat.

"Apalagi retail untuk makanan, minuman dan juga perlengkapan telekomunikasi, elektronik dan juga sandang ini kelihatannya masih akan terus tumbuh, walaupun memang pertumbuhannya relatif moderat," kata Myrdal.

Myrdal melihat daya beli masyarakat bawah masih akan terjaga sejalan dengan berbagai stimulus yang dilakukan oleh pemerintah, seperti bantuan beras 10 kilogram, hingga berbagai program-program dari Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar.

Tidak hanya itu, iklim suku bunga yang kemungkinan akan turun juga diharapkan bisa memperbaiki daya beli masyarakat. "Apalagi kalau biaya ekspansi kredit juga jadi lebih murah," katanya.

Myrdal melihat, terjaganya daya beli masyarakat juga terlihat dari kondisi ekonomi Indonesia yang masih tumbuh di level 5% serta insentif yang diberikan oleh pegawai negeri sipil (PNS) seperti kenaikan gaji dengan rata-rata sekitar 8%.

"Ini juga kita harapkan bisa tetap menjaga penjualan retail ke depannya masih akan terus positif," imbuh Myrdal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat