Pelemahan Dolar AS Mengangkat Prospek Mata Uang Asia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah mata uang Asia terpantau menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Diperkirakan prospek mata uang Asia masih akan melaju hingga akhir tahun.

Berdasarkan data Trading Economics, sejumlah mata uang Asia menguat atas dolar AS sebulan terakhir. Per Rabu (7/8), yen Jepang (JPY) menguat 8,49%, yuan China (CNY) 1,34%, rupiah (IDR) 1,48%, ringgit Malaysia (MYR) 4,48%, dan dolar Singapura (SGD) 1,64%.

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan bahwa penguatan mata uang Asia lebih disebabkan dolar AS yang melemah. Prospek pemangkasan suku bunga acuan the Fed di bulan September dan serangkaian data ekonomi terbaru AS yang melambat menekan lajunya.


Di sisi lain, aliran dana asing ke emerging markets turut memberikan dorongan mata uang Asia. Misalnya Indonesia, Kementerian Keuangan RI mencatat pada 5 Agustus asing membukukan transaksi beli bersih Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp 1,36 triliun.

Baca Juga: Intip Proyeksi Rupiah untuk Kamis (8/8) Usai Menguat Paling Tinggi di Asia Hari Ini

Namun, setelahnya asing melepas SBN hingga sebanyak Rp 13,18 triliun. Hengkangnya asing dari pasar sekunder obligasi bertepatan dengan lelang Surat Utang Negara (SUN) yang mencatat kenaikan permintaan 17% mencapai Rp 67 triliun.

"Prospek mata uang Asia kemungkinan di empat bulan ke depan akan terdongkrak karena pelemahan dolar AS, dampak dari pemangkasan suku bunga yang membuat aliran dana investor asing berburu di Asia," ujar dia kepada Kontan.co.id, Rabu (7/8).

Pengamat Komoditas dan Mata Uang, Lukman Leong melanjutkan bahwa penguatan mata uang Asia juga bisa dikatakan didukung oleh sentimen risk on di pasar ekuitas. Menilik RTI, sepekan terakhir asing mencatatkan net buy sebesar Rp 2,86 triliun.

Namun memang, saat ini Lukman melihat pergerakan aset-aset sangat membingungkan sepekan terakhir ini. Sehingga, saat ini investor masih terpecah antara kekhawatiran resesi di AS atau tidak.

"Jadi sekarang pasar mata uang dan ekuitas masih akan bergejolak merespons data-data ekonomi AS dan China ke depan," sebutnya.

Baca Juga: Cadangan Devisa RI Berpotensi Melonjak Jika The Fed Pangkas Suku Bunga 50 Bps di 2024

Secara umum, Lukman menilai mata uang Asia masih berpotensi menguat terhadap dolar AS oleh harapan pemangkasan suku bunga the Fed. Namun penguatannya kemungkinan akan terbatas, mengingat data ekonomi China, seperti PDB yang dirilis sebelumnya sangat mengecewakan.

Dengan kondisi tersebut, mata uang yang selama ini tertekan karena suku bunga yang tinggi, seperti IDR dan PHP berpotensi melaju. "Namun dengan asumsi terjadi resesi di AS, maka SGD menjadi yang menarik," paparnya.

Sementara itu, Nanang menilai mata uang yang berpotensi menguat adalah IDR, MYR, dan SGD. Rupiah diperkirakan bisa menguat dan berada di Rp 15.500 dolar AS-Rp 15.800 per dolar AS.

Adapun MYR berpotensi menguat dan kembali berada pada 4,2000. Sedangkan SDG berpotensi menguat kembali hingga 1,30000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati