KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren pelemahan indeks dolar dinilai tak berdampak signifikan pada penguatan nilai tukar rupiah. Hal ini tampak dari pergerakan mata uang Garuda dalam dua pekan terakhir yang stabil di kisaran Rp 14.600 per dolar Amerika Serikat (AS). Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Kamis (6/8), indeks dolar sempat berada di level terendah 92,53. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan, pelemahan dolar AS pada 1-2 minggu terakhir cenderung disebabkan adanya kenaikan tensi antara Amerika Serikat (AS) dan China. "Hal tersebut membuat para investor cenderung memilih aset-aset aman alternatif lainnya, seperti yen dan emas," kata Josua kepada Kontan.co.id, Kamis (6/8). Selain itu, dalam beberapa kesempatan tampak bahwa pelemahan dolar AS juga diikuti kenaikan sentimen risk-off. Alhasil, alih-alih memperkuat rupiah, pelemahan dolar AS dinilai Josua malah memperlemah nilai tukar rupiah karena investor mencari aset yang lebih aman dari dolar AS. "Dengan demikian, dalam kenyataannya pelemahan dolar AS secara global tidak selalu diikuti oleh penguatan rupiah," tegasnya.
Baca Juga: Indeks dolar berpeluang turun lagi ke 91, rupiah bisa menguat hingga akhir tahun Apalagi, dalam beberapa pekan terakhir Josua mengungkapkan meski pergerakan dolar AS memiliki tren pelemahan, rupiah masih bergerak di kisaran Rp 14.600 per dolar AS hingga Rp 14.700 per dolar AS.