Pelemahan dollar melesatkan paladium



JAKARTA. Harga paladium melesat naik dengan dorongan pelemahan nilai tukar dollar AS. Dalam jangka panjang, paladium berharap kenaikan permintaan dari sektor otomotif.

Mengutip Bloomberg, Selasa (23/5) pukul 15.57 WIB, harga paladium kontrak pengiriman Juni 2017 di New York Mercantile Exchange menguat 1,4% ke level US$ 772,85 per ons troi dibanding sehari sebelumnya. Namun dalam sepekan terakhir paladium tergerus 2,7%.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim menjelaskan, pergerakan dollar AS sedang diterpa banyak isu negatif termasuk konflik geopolitik di Semenanjung Korea hingga kondisi politik di dalam negeri Amerika Serikat (AS). Tekanan pada nilai tukar dollar AS berhasil mengangkat harga komoditas termasuk paladium.


Kondisi politik AS saat ini diliputi ketidakjelasan lantaran Presiden Donald Trump kerap mengambil kebijakan kontroversial. Sementara data - data ekonomi AS bulan April cenderung mengecewakan sehingga menggerus ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed bulan Juni. "Kedua isu tersebut yang menjadi perhatian utama pelaku pasar saat ini," papar Ibrahim.

Dengan dukungan sentimen dari negeri Paman Sam, Ibrahim memprediksi paladium mampu melaju ke US$ 785,2 hingga akhir kuartal II-2017. "Tetapi fluktuasi harga masih bisa terjadi. Artinya harga bisa kembali melemah, terutama jika prospek kenaikan suku bunga The Fed kembali menguat," imbuhnya.

Sedangkan prospek paladium jangka panjang masih dilanda kekhawatiran turunnya permintaan, terutama dari sektor otomotif. Pasalnya 75% permintaan paladium berasal dari industri otomotif, yakni sebagai katalis kendaraan berbahan bakar bensin. Kendaraan tersebut mayoritas digunakan di Eropa dan Asia.

Data European Automobile Manufacturers’ Association menunjukkan penjualan mobil Eropa bulan April jatuh 6,8% menjadi 1,23 juta unit dibanding bulan sebelumnya. Sementara penjualan mobil di China juga dikhawatirkan melambat seiring dengan perlambatan ekonomi.

Meski demikian, Ibrahim optimistis permintaan paladium akan meningkat pada semester kedua tahun ini, bahkan berlanjut hingga tahun depan. Sebab, kondisi ekonomi Eropa mulai menunjukkan perbaikan. Data manufaktur Eropa bulan April yang baru saja dirilis mencatat kenaikan di level 57 dari bulan sebelumnya 56,7.

Sementara data manufaktur China bulan lalu memang melambat, tetapi ada harapan kenaikan pada bulan - bulan berikutnya. Hal tersebut mengacu pada proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) bahwa pertumbuhan ekonomi global tahun ini akan mencapai 3,5% atau naik dari proyeksi sebelumnya 3,18%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto