Pelemahan ekonomi global diperkirakan bakal berlanjut



KONTAN.CO.ID - BENGALURU. Pertumbuhan ekonomi berisiko semakin melambat, meskipun ada ekspektasi pasar yang berencana menurunkan suku bunga atau melonggarkan kebijakan guna mendorong ekonomi.

Namun, dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters, Jumat (26/7) sebanyak 500 ekonom mengatakan masih khawatir akan memanasnya tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Baca Juga: Hong Kong masih memanas, kini bandara menjadi sasaran demonstrasi


Hal ini tercermin dari imbal hasil obligasi negara-negara besar telah anjlok yang disebabkan data ekonomi baru-baru ini sebagian besar menggarisbawahi kekhawatiran terhadap pertumbuhan, yang diperkirakan akan melambat di sebagian besar negara industri yang berkembang.

Tetapi pada saat yang sama, pasar saham justru mencatatkan fluktuasi yang positif menyusul adanya perbaikan ekonomi yang disebabkan kebijakan moneter yang lebih mudah, meskipun ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa konflik perang dagang dan ketidakpastian geopolitik dapat mengganggu iklim ekonomi dan investasi secara global.

Pesimisme pasar juga meningkat, tercermin dari pengambilan suara Reuters terbaru yang diambil 1-24 Juli 2019. Hasilnya, hampir 90% dari 45 sektor ekonomi yang disurvei mengalami penurunan atau flat (tidak berubah). Bukan hanya di tahun ini saja, proyeksi tersebut juga diperkirakan akan terus berlanjut hingga ke tahun 2020.

Baca Juga: Derita Huawei jadi berkah bagi Nokia di bisnis jaringan 5G

“Karena ketidakpastian seputar kebijakan perdagangan tidak terselesaikan, dampak pada prospek pertumbuhan menjadi lebih jelas. Kami memproyeksikan pertumbuhan global terus melambat, dan peningkatan yang berkelanjutan dari sisi risiko resesi,” kata Chetan Ahya, kepala ekonomi global di Morgan Stanley.

Namun, Ahya menjelaskan pihaknya tetap optimis bahwa siklus pelonggaran kebijakan ekonomi secara makro akan kembali terjadi. Namun, adanya hambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat ini praktis membuat prospek ekonomi secara global menjadi lesu.

Dengan adanya pergeseran ekonomi oleh dua negara dengan ekonomi terbesar dunia dari perdagangan bebas menuju perang tarif, lebih dari 70% dari sekitar 250 ekonom yang menjawab pertanyaan tambahan mengatakan penurunan ekonomi global yang lebih dalam diperkirakan akan terjadi lebih dari yang diekspektasikan.

Baca Juga: Ekonomi lesu, developer properti China berguguran

Sebelumnya, Presiden ECB Mario Draghi, khawatir inflasi yang berada jauh di bawah target. Menurutnya dalam artikel yang dimuat Reuters, Kamis (25/7) prospek ekonomi saat ini semakin hari semakin memburuk dari prediksi sebelumnya, artinya akan ada potensi lebih banyak pelonggaran makroprudensial ke depannya.

“Tetapi perlu dipertanyakan apakah pelonggaran moneter benar-benar akan mencapai banyak manfaat. Kami kehabisan opsi moneter dan mungkin pemerintah perlu memikirkan alternatif fiskal mereka," ujar Peter Dixon, ekonom di Commerzbank.

Editor: Tendi Mahadi