Pelemahan harga jagung dan kedelai jadi katalis positif saham emiten peternakan



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Harga jagung dan kedelai di pasar dunia yang tertekan membuat emiten peternakan mengalap berkah. Sebab hal itu membuat harga bahan baku untuk pakan ternak jadi semakin murah berkat penurunan harga ini.

Produksi jagung di Indiana, Amerika Serikat (AS) di tahun ini diprediksi akan terus meningkat, membuat harga komoditas pertanian ini terus tertekan. Hal yang sama juga terjadi pada kedelai lantaran stok kedelai dari AS dan Argentina masih tinggi di tahun ini.

PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT JAPFA Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), dan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) jelas merasakan keuntungan dari penurunan harga komoditas ini. "Ketiganya memiliki kontribusi pendapatan yang cukup besar dari bisnis pakan ternak sehingga pelemahan harga jagung dan komoditas ini bisa menguntungkan ketiga emiten tersebut," kata Analis Danareksa Sekuritas, Adeline Solaiman kepada Kontan.co.id, Selasa (6/2).


Menurut catatan KONTAN, di kuartal ketiga 2017 kontribusi bisnis pakan ternak terhadap CPIN mencapai 49,33%. Sedangkan bagi JPFA, kontribusi bisnis pakan ternak mencapai 37,58% dan bagi MAIN, bisnis ini menyumbang 66,08% dari total pendapatan.

Adapun di tahun ini, Adeline melihat sektor poultry bakal kebanjiran sentimen positif. Selain karena harga jagung dan kedelai yang merupakan bahan baku utama pakan ternak bagi emiten poultry saat ini sedang melemah, harga jual ayam broiler juga diprediksi naik 1%-2% dibanding tahun lalu.

Konsumsi masyarakat yang meningkat lantaran adanya perhelatan politik dan olahraga yang diadakan tahun ini juga jadi sentimen positif di tahun ini. "Dengan peningkatan konsumsi, volume penjualan ayam diperkirakan semakin tinggi," ujar Adeline.

Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar mengatakan, sentimen lain datang dari potensi meningkatnya daya beli masyarakat di tahun 2018 ini. Perhelatan Pilkada serentak di berbagai daerah sekaligus Asian Games mampu membuat konsumsi masyarakat Indonesia meningkat.

Adapun, larangan impor jagung yang dibuat pemerintah dalam Permendag No. 21 tahun 2018 tentang Pengaturan Impor Jagung dipandang tak jadi sentimen negatif bagi para emiten poultry. Pelarangan ini justru bisa membuat CPIN, JPFA, dan MAIN menghemat biaya karena tak lagi harus membayar pajak impor. Mereka pun bisa membantu memajukan pemasok jagung dalam negeri.

Namun, fluktuasi harga penjualan ayam serta harga komoditas jagung dan kedelai bisa jadi sentimen negatif di tahun ini. Sehingga, Adeline menyarankan bagi para emiten tersebut untuk tetap waspada terhadap sentimen tersebut.

Meskipun saham CPIN dan MAIN sama-sama menarik, ia bersikap netral terhadap kedua saham ini. Sebab, valuasi CPIN saat ini terlihat sudah cukup tinggi, sementara MAIN dianggap masih memiliki skala ekonomi yang kecil dibanding dua pesaingnya.

Adeline merekomendasikan buy untuk saham JPFA dengan target harga Rp 1.650 per saham. Pada penutupan perdagangan hari ini (6/2), saham JPFA ditutup melemah 4,17% ke level Rp 1.495 per saham.

Adapun William memilih CPIN karena dianggap punya penetrasi pasar yang tinggi dan pertumbuhan yang baik. Ia merekomendasikan buy untuk saham CPIN dengan target harga Rp 4.500. Pada penutupan perdagangan hari ini, saham CPIN ditutup di melemah 2,46% di level Rp 3.700.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini