Pelemahan industri alas kaki Banten sebabkan penurunan ekspor di semester I-2019



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor alas kaki mengalami penurunan penjualan selama paruh pertama tahun ini. Salah satu penyebab ialah berkurangnya order produksi dari brand global di wilayah Banten yang memiliki banyak pabrikan sepatu dan alas kaki.

Menurut Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) ada satu brand sepatu besar, Under Armour yang telah menghentikan order di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan empat pabrikan yang biasa menerima order tidak memproduksi sepatu brand tersebut.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) pada periode semester-I 2019, ekspor alas kaki senilai US$ 2,2 miliar atau turun 12,17% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai US$ 2,5 miliar.


Menurut Firman Bakri, Direktur Eksekutif Aprisindo, penurunan ini disumbang karena adanya pelemahan ekspor dari basis industri alas kaki yang selama ini berasal dari provinsi Banten, dimana keempat pabrik pemasok Under Armour berasal.

"Selama ini kontribusi ekspor dari Banten bisa 70%-80% dari total nasional," sebut Firman kepada Kontan.co.id, Minggu (28/7).

Menurut Firman, indikasi penurunan ekspor dari industri yang ada di Banten ini tercerminkan dari penurunan ekspor alas kaki yang keluar melalui pelabuhan Tanjung Priok Jakarta sebesar 29% year on year (yoy) di semester I-2019 menjadi US$ 1,5 miliar.

Meski demikian area industri alas kaki seperti Jawa Tengah, masih membubuhkan pertumbuhan ekspor di pelabuhan Tanjung Mas, Semarang. Misalnya peningkatan yang cukup tinggi adalah terjadi di Jawa Tengah yang ekspornya dilakukan melalui pelabuhan Tanjung Mas Semarang.

Sampai semester-I ekspor alas kaki melalui Tanjung Mas mencapai US$ 120,8 juta atau tumbuh 26% yoy. Namun kata Firman, pertumbuhan di Jateng pada 2019 ini masih tidak sebanding dengan penurunan di Banten, sehingga penurunan ekspor di Banten sangat berpengaruh terhadap penurunan pada skala nasional.

Dari segi jumlah pabrikan besar, saat ini kata Firman ada 68 pabrikan di Banten sedangkan Jateng sekitar 26 pabrikan. Serta di Banten sekarang kondisi untuk berbisnis alas kaki dirasakan kurang kondusif karena naiknya upah minimum dan sektoral.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .