Pelemahan nilai tukar rupiah jadi sentimen negatif bagi Kalbe Farma (KLBF)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona telah meluluhlantakkan berbagai sektor industri. Bahkan, sektor industri farmasi yang punya kaitan erat dengan pandemi virus corona pun tetap terkena imbasnya. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) merupakan salah satu emiten yang kinerjanya dinilai tertekan akibat pandemi tersebut.

Analis RHB Sekuritas Michael Wilson menyoroti pelemahan nilai tukar rupiah berpotensi menekan kinerja Kalbe, khususnya dari sektor penjualan obat-obatan e-catalog. Adapun produk e-catalog merupakan obat-obatan yang digunakan sebagai obat BPJS dan punya porsi sekitar 25% dari penjualan pharmaceutical Kalbe.

“Sekitar 90% bahan baku obat ini kan impor sehingga biaya pengeluaran pun jadi lebih besar karena rupiah melemah. Sementara harga obat-obatan e-catalog tidak akan naik,” kata Michael kepada Kontan.co.id, Kamis (23/4).


Baca Juga: Sektor manufaktur lesu, bagaimana nasib sahamnya?

Michael menjelaskan, dengan memburuknya ekonomi dan BPJS premi untuk non-payroll dibatalkan, pemerintah semakin tidak punya alasan untuk menaikkan harga obat-obatan e-catalog. Padahal harga produk e-catalog dalam tiga tahun terakhir belum pernah naik. Tak ayal Michael menilai margin milik Kalbe akan semakin menurun.

Sementara analis Maybank Kim Eng Isnaputra Iskandar dalam risetnya pada 6 April lalu menuliskan Kalbe diproyeksikan akan mengalami sedikit penurunan penjualan, khususnya pada sektor obat-obatan resep. Mengingat bahan baku sektor tersebut mayoritas diimpor dari China.

“Hal ini tidak terlepas dari terjadinya disrupsi pada rantai pasokan bahan baku mentah setelah China sempat mengalami lockdown. Disebutkan bahwa harga bahan baku produk prescription saat ini lebih tinggi 50%-100% secara year on year,” tulis Isnaputra.

Baca Juga: Kalbe Farma (KLBF) bersama Gugus Tugas Covid-19 siap layani 4.000 tes PCR gratis

Kendati demikian, Isnaputra optimistis masalah tersebut tidak akan berimbas besar terhadap kinerja Kalbe. Ini karena Kalbe memiliki persediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga Juli mendatang. Sementara pada periode tersebut, harga akan berangsur turun dan kembali normal seiring pabrik-pabrik di China mulai beroperasi.

“Oleh sebab itu, kami memperkirakan margin keuntungan untuk bisnis prescription Kalbe akan sedikit turun. Semula berada di 55% pada akhir 2019 sementara akhir tahun 2020 akan turun ke 49%,” tambah Insaputra.

Sementara untuk proyeksi pertumbuhan penjualan Kalbe pada tahun ini, Isnaputra memproyeksikan akan berada di kisaran 3,1%. Kalbe Farma menargetkan pertumbuhan penjualan berkisar 6%-8%. Akan tetapi besar kemungkinan Kalbe akan menghitung ulang target tersebut, mengingat penetapan target sebelum terjadinya pandemi virus corona.

Baca Juga: Kalbe Farma (KLBF) berpeluang bagi dividen 45%-55% dari laba

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati