JAKARTA. Pelemahan rupiah diduga masih akan berlanjut pada Kamis (9/7) besok meski tidak terlampau tajam. Buruknya katalis di pasar global ditambah suramnya rilis data ekonomi domestik menekan rupiah dari segala arah. Di pasar spot, Rabu (8/7) nilai tukar rupiah terhadap USD merosot 0,20% di level Rp 13.356 dibanding hari sebelumnya. Hal yang sama juga terjadi di kurs tengah Bank Indonesia yang mana rupiah melemah 0,24% ke level Rp 13.346. Menurut Rully Arya Wisnubroto, Analis Pasar Uang Bank Mandiri Tbk, pelemahan rupiah ini yang terjadi pada Rabu (8/7) ini terjadi setelah indeks saham di China ambruk sekitar 5% akibat crashed. Sementara itu, Yunani diberi ultimatum oleh petinggi-petinggi Zona Eropa untuk segera melakukan restrukturisasi anggaran dengan tenggat Minggu (12/7) jika tidak Yunani dipersilahkan angkat kaki. Pelemahan rupiah masih bisa berlanjut Kamis (9/7) karena perekonomian global yang berbalut sentimen negatif. Ini menyusul semakin memburuknya keadaan Yunani serta ambruknya bursa Shanghai dan Shenzen di China. “Keadaan Yunani dan China tidak akan membaik dalam waktu dekat, ini menyeret rupiah,” kata Rully. Pasalnya, saat ini jelas Amerika Serikat menjadi satu-satunya negara dengan perekonomian yang stabil. Maka tidak heran pelaku pasar berbondong-bondong mengalihkan dananya ke USD. Ditambahkan oleh Rully, “Apalagi setelah Asian Development Bank (ADB) merilis proyeksi pertumbuhan Indonesia 2015 turun menjadi 5% dari sebelumnya 5,5%. Ini semakin menambah panjang daftar buruknya ekonomi dalam negeri bagi rupiah. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pelemahan rupiah akan berlanjut pada Kamis besok
JAKARTA. Pelemahan rupiah diduga masih akan berlanjut pada Kamis (9/7) besok meski tidak terlampau tajam. Buruknya katalis di pasar global ditambah suramnya rilis data ekonomi domestik menekan rupiah dari segala arah. Di pasar spot, Rabu (8/7) nilai tukar rupiah terhadap USD merosot 0,20% di level Rp 13.356 dibanding hari sebelumnya. Hal yang sama juga terjadi di kurs tengah Bank Indonesia yang mana rupiah melemah 0,24% ke level Rp 13.346. Menurut Rully Arya Wisnubroto, Analis Pasar Uang Bank Mandiri Tbk, pelemahan rupiah ini yang terjadi pada Rabu (8/7) ini terjadi setelah indeks saham di China ambruk sekitar 5% akibat crashed. Sementara itu, Yunani diberi ultimatum oleh petinggi-petinggi Zona Eropa untuk segera melakukan restrukturisasi anggaran dengan tenggat Minggu (12/7) jika tidak Yunani dipersilahkan angkat kaki. Pelemahan rupiah masih bisa berlanjut Kamis (9/7) karena perekonomian global yang berbalut sentimen negatif. Ini menyusul semakin memburuknya keadaan Yunani serta ambruknya bursa Shanghai dan Shenzen di China. “Keadaan Yunani dan China tidak akan membaik dalam waktu dekat, ini menyeret rupiah,” kata Rully. Pasalnya, saat ini jelas Amerika Serikat menjadi satu-satunya negara dengan perekonomian yang stabil. Maka tidak heran pelaku pasar berbondong-bondong mengalihkan dananya ke USD. Ditambahkan oleh Rully, “Apalagi setelah Asian Development Bank (ADB) merilis proyeksi pertumbuhan Indonesia 2015 turun menjadi 5% dari sebelumnya 5,5%. Ini semakin menambah panjang daftar buruknya ekonomi dalam negeri bagi rupiah. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News