Pelemahan Rupiah Akan Untungkan Emiten Tambang, Siapa Saja?



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah semakin keok melawan dolar Amerika Serikat (AS). Pada Senin (9/10), rupiah spot ditutup di level Rp 15.692 per dolar AS. Ini membuat rupiah spot melemah 0,5% dibanding penutupan Jumat (6/10) di Rp 15.613 per dolar AS.

Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong menilai, selain tertekan penguatan dolar AS, rupiah juga tertekan oleh data domestik yang juga melemah seperti cadangan devisa dan penjualan ritel yang terus menurun. Inflasi juga sudah mendekati ambang batas bawah Bank Indonesia (BI). Perang Israel melawan Hamas semakin mendongkrak dolar AS dengan permintaan safe haven investor.

“Dengan perkembangan akhir-akhir ini, rupiah sangat berpotensi melewati Rp 16.000 per dolar AS,” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Senin (9/10)


Baca Juga: Ada Berkah di Balik Pelemahan Rupiah

Di sisi lain, pelemahan nilai tukar rupiah bisa membawa keuntungan bagi sejumlah emiten. Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai, pelemahan rupiah akan berdampak positif pada emiten tambang khususnya bagi emiten yang berorientasi ekspor.

Menurut Felix, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) akan diuntungkan dari pelemahan rupiah karna porsi penjualan ke luar negeri masih dominan.

ADRO misalnya. Melansir laporan keuangan per semester I-2023, ADRO membukukan pendapatan sebanyak US$ 3,47 miliar. Sebanyak US$ 2,88 miliar atau 82,9% dari pendapatan merupakan pendapatan dari penjualan ekspor. Sementara sebanyak US$ 1,09 miliar dari pendapatan ITMG adalah penjualan ke pasar luar negeri. Jumlah ini menyusun 84,17% dari total pendapatan ITMG per semester I-2023.

Baca Juga: Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS, Ini Emiten-Emiten yang Diuntungkan

“Namun untuk faktor utama (pendorong kinerja emiten) adalah bagaimana dari harga komoditas terkait dan juga volume penjualannya,” kata Felix.

Dari sisi harga komoditas, konflik timur tengah  yang terjadi saat ini dinilai Felix  menjadi sentiment utama kenaikan harga. Misalkan, harga minyak yang pada Senin (9/10) sudah menyentuh level sekitar US$ 85 per barel. “Memang secara historis harga minyak melonjak seiring dengan eskalasi tensi geopolitik, khususnya yang memiliki pengaruh besar pada pasar minyak seperti Amerika Serikat, Timur Tengah, dan Rusia-Ukraina,” sambung Felix.

Menurut Felix, pergerakan harga minyak dan gas dalam jangka pendek masih dapat meningkat seiring panasnya tensi geopolitik mulai dari deklarasi perang oleh Israel, pernyataan bantuan militer dari AS, dan adanya laporan jika Iran terlibat dalam serangan Hamas pada akhir pekan lalu

Di sektor batubara, Felix merekomendasikan hold saham ITMG dengan target harga Rp 28.000 dan hold ADRO dengan target harga Rp 2.600.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .