JAKARTA. Pelemahan kurs rupiah membuat ekonomi dalam negeri semakin terpuruk. Di samping daya beli masyarakat yang semakin menurun, pelemahan rupiah juga diprediksi akan berdampak terhadap peningkatan anggaran proyek yang sedang dikerjakan oleh para pengembang konstruksi dalam negeri. Namun ketakutan ini sepertinya tidak terlalu membayangi pengembang jasa konstruksi plat merah PT PP (Persero) Tbk. Sekretaris Korporasi PTPP Agus Samuel Kana mengungkapkan, pelemahan rupiah memang memiliki dampak terhadap peningkatan anggaran proyek namun tidak mempengaruhi PTPP secara signifikan. Pasalnya, dalam kontrak yang telah disetujui, terdapat opsi peninjauan kembali jika terjadi hal yang di luar kendali seperti kenaikan kurs. “Dalam kontrak jika ada sesuatu yang berubah bisa dikaji ulang.,” ungkap Samuel kepada KONTAN, Kamis(13/8). Samuel bilang, dengan adanya perjanjian ini, meski kurs berada pada nilai tertinggi maupun terendah, pihaknya bakal segera mengkaji masalah ini bersama mitra kerja. Namun efek lainnya menurut Samuel akan berdampak kepada proyek-proyek baru serta kontrak yang telah habis masanya. Beberapa proyek yang tengah dikerjakan PTPP yakni pembangkit listrik tenaga batubara di Kalimantan Barat berkapasitas 2x100 MW, dua pembangkit listrik tenaga gas dan uap di Arun, Aceh dan Pekanbaru, Riau. Masing-masing pembangkit listrik tersebut berkapasitas 2x100 MW. Selain itu PTPP tengah mengerjakan proses konstruksi pembangkit listrik berkapasitas 2x 200 MW di Gorontalo.
Pelemahan rupiah belum pengaruhi proyek PTPP
JAKARTA. Pelemahan kurs rupiah membuat ekonomi dalam negeri semakin terpuruk. Di samping daya beli masyarakat yang semakin menurun, pelemahan rupiah juga diprediksi akan berdampak terhadap peningkatan anggaran proyek yang sedang dikerjakan oleh para pengembang konstruksi dalam negeri. Namun ketakutan ini sepertinya tidak terlalu membayangi pengembang jasa konstruksi plat merah PT PP (Persero) Tbk. Sekretaris Korporasi PTPP Agus Samuel Kana mengungkapkan, pelemahan rupiah memang memiliki dampak terhadap peningkatan anggaran proyek namun tidak mempengaruhi PTPP secara signifikan. Pasalnya, dalam kontrak yang telah disetujui, terdapat opsi peninjauan kembali jika terjadi hal yang di luar kendali seperti kenaikan kurs. “Dalam kontrak jika ada sesuatu yang berubah bisa dikaji ulang.,” ungkap Samuel kepada KONTAN, Kamis(13/8). Samuel bilang, dengan adanya perjanjian ini, meski kurs berada pada nilai tertinggi maupun terendah, pihaknya bakal segera mengkaji masalah ini bersama mitra kerja. Namun efek lainnya menurut Samuel akan berdampak kepada proyek-proyek baru serta kontrak yang telah habis masanya. Beberapa proyek yang tengah dikerjakan PTPP yakni pembangkit listrik tenaga batubara di Kalimantan Barat berkapasitas 2x100 MW, dua pembangkit listrik tenaga gas dan uap di Arun, Aceh dan Pekanbaru, Riau. Masing-masing pembangkit listrik tersebut berkapasitas 2x100 MW. Selain itu PTPP tengah mengerjakan proses konstruksi pembangkit listrik berkapasitas 2x 200 MW di Gorontalo.