Pelemahan Rupiah Berpotensi Pengaruhi Harga Jual Mobil



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa waktu terakhir berpotensi memberi dampak negatif bagi kelangsungan industri otomotif nasional.

Seperti yang diketahui, kurs rupiah di Bloomberg terpantau berada di level Rp 16.175 per dolar AS pada Selasa (16/4) atau hari pertama perdagangan pasca libur panjang Lebaran.

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto menilai, dampak koreksi nilai tukar rupiah bagi industri otomotif sangat bergantung dari penggunaan komponen masing-masing pabrikan. Produsen yang menggunakan komponen impor dalam jumlah besar pasti akan mengalami lonjakan biaya produksi ketika rupiah tertekan.


"Kalau komponen yang diimpor sedikit, maka produsen akan lebih tahan," ujar dia, Selasa (16/4).

Baca Juga: Harga Mobil Terimbas Koreksi Rupiah

Yang terang, pelemahan rupiah jadi faktor tambahan yang dapat membuat kinerja industri otomotif nasional melambat. Sebagai pengingat, penjualan wholesales (pabrik ke dealer) mobil nasional turun 23,9% year on year (YoY) menjadi 215.069 unit pada akhir kuartal I-2024. Begitu pula dengan penjualan retail (dealer ke konsumen) mobil nasional yang menyusut 15% YoY menjadi 230.776 unit.

Beberapa Agen Pemegang Merek (APM) otomotif mengaku masih memantau situasi pelemahan rupiah dan belum mengambil langkah konkret terkait penyesuaian harga jual mobil di pasar.

Chief Operating Officer (COO) PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) Franciscus Soerjopranoto menyampaikan, industri otomotif baru akan terdampak oleh pelemahan rupiah jika tren tersebut berlangsung lama misalnya lebih dari 6 bulan. Ini mengingat para produsen otomotif sudah dilindungi oleh fasilitas hedging ketika melakukan kegiatan ekspor-impor.

Jika pelemahan rupiah terus berlanjut, bisa dipastikan harga produk mobil akan naik, tidak terkecuali Hyundai. "Namun, kenaikan harga mobil bukan hanya dipengaruhi oleh nilai tukar saja, melainkan juga pajak, harga bahan baku, dan lain-lain," kata dia, Selasa (16/4).

Dalam catatan Kontan.co.id, pada Januari 2024 Hyundai sempat mengerek harga jual model Stargazer sekitar Rp 2,4 juta sampai Rp 10,2 juta menjadi Rp 249,6 juta sampai Rp 346,4 juta on the road (OTR) Jakarta.

Baca Juga: Di AS, Produsen Mobil Listrik China, Nio, Desak Adanya Keterbukaan

Vice President Director PT Toyota Astra Motor (TAM) Henry Tanoto mengklaim, sampai saat ini Toyota belum merasakan dampak atas pelemahan rupiah. Untungnya, sebagian besar model Toyota diproduksi langsung di Tanah Air. Di sisi lain, pelemahan rupiah saat ini dapat menjadi peluang bagi Toyota untuk memaksimalkan ekspor mobil ke pasar internasional.

Henry menyebut, pergerakan kurs rupiah bukan satu-satunya faktor yang dipertimbangkan Toyota dalam mengambil kebijakan penyesuaian harga mobil. Toyota juga memperhatikan faktor lain seperti biaya produksi, kondisi pasar, dan kondisi kompetitor.

"Strategi jangka pendek kami dalam menjaga daya beli konsumen di tengah pelemahan rupiah adalah memberi berbagai program penjualan yang menarik," jelas dia, Selasa (16/4).

Sebagai catatan, Toyota menaikkan harga All New Alphard HEV pada April 2024 sebesar Rp 12 juta menjadi Rp 1,68 miliar. Mundur ke Januari 2024, Toyota juga mendongkrak harga jual sejumlah model seperti Avanza, Veloz, Fortuner, hingga Corolla Altis dengan harga bervariasi.

Baca Juga: Penjualan Kendaraan Listrik Global Naik 12% Pada Maret 2024

Sementara itu, PT Honda Prospect Motor (HPM) mengaku masih terus memonitor dampak pelemahan rupiah sebelum menentukan strategi yang tepat untuk mempertahankan penjualan mobil ke konsumen. "Pelemahan rupiah berdampak pada biaya produksi dan harga jual mobil CBU dan CKD," imbuh Sales & Marketing and Aftersales Director Honda Prospect Motor Yusak Billy, Selasa (16/4).

Asal tahu saja, HPM sempat menaikkan harga Honda Brio Satya sekitar Rp 2 juta sampai Rp 2,2 juta menjadi Rp 167,9 juta dan Rp 182,8 juta pada Januari 2024. Harga Honda CR-V Hybrid juga naik Rp 9,5 juta menjadi Rp 814,4 juta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati