Pelemahan Rupiah Bersifat Sementara, Ada Potensi Menguat di Akhir Tahun 2022



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah tidak unjuk gigi di penutupan perdagangan hari ini. Terpantau, rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 14.984 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa (20/9)

Dengan demikian, rupiah melemah 0,04% dibandingkan penutupan pada hari sebelumnya, yang sebesar Rp 14.978 per dolar AS.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan, pelemahan rupiah yang terjadi ini hanya akan bersifat sementara. Pasalnya, pelemahan rupiah ini didorong oleh ketidakpastian pasar yang tengah menunggu hasil arah kebijakan Federal Reserve (The Fed).


"Ini karena pasar tengah menanti kebijakan yang akan diambil The Fed. Apalagi, nampaknya The Fed masih akan agresif, sehingga akan ada sentimen pelemahan nilai tukar rupiah selama beberapa waktu ke depan," ujar Riefky kepada Kontan.co.id, Selasa (20/9).

Setelah ketidakpastian mereda, alias arah kebijakan The Fed nanti sudah terbaca, Riefky meyakini akan ada potensi penguatan nilai tukar rupiah, meski tipis. Menurut perhitungannya, rupiah pada akhir September 2022 berpotensi berada di level Rp 14.900 hingga Rp 14.950 per dolar AS.

Baca Juga: Analis: Pergerakan Nilai Tukar Rupiah pada Pekan Ini Berpotensi Melemah

Selain karena arah kebijakan yang sudah lebih pasti, Riefky meyakini adanya sentimen positif terhadap kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2022. Menurut perkiraannya, pertumbuhan ekonomi periode Juli 2022 hingga September 2022 akan relatif lebih baik karena ada faktor basis rendah (low based effect).

"Kami meyakini pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022 bisa lebih dari 5% yoy, sehingga ini akan memberi dampak positif terhadap persepsi investor, sehingga akan ada arus modal asing yang masuk dan akan memperkuat rupiah pada akhir kuartal III-2022," tambahnya.

Lebih lanjut, potensi penguatan rupiah juga terbuka lebar pada akhir tahun 2022. Menurut perkiraan Riefky, rupiah bisa menguat di level Rp 14.800 per dolar AS hingga Rp 14.900 per dolar AS.

Ada beberapa faktor yang mendorong penguatan rupiah. Pertama, sentimen positif kondisi ekonomi domestik pada kuartal IV-2022.

Kedua, kondisi inflasi Indonesia yang lebih terukur bila dibandingkan dengan inflasi negara-negara lain. Ketiga, rate differential yang terjaga karena BI akan cukup agresif dalam menaikkan suku bunga acuan.

Keempat, kemampuan pemerintah dalam mengelola defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Bila pemerintah masih bisa menahan defisit anggaran untuk di bawah 3% produk domestik bruto (PDB) pada akhir tahun ini, maka investor akan makin percaya untuk menanamkan modalnya ke Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari