Pelemahan rupiah bisa untungkan APBN



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat tak selamanya berdampak negatif. Sebab menurut perhitungan pemerintah, pelemahan rupiah malah menguntungkan keuangan negara. Meski begitu, pemerintah tetap menginginkan rupiah yang stabil demi mendukung laju perekonomian nasional.

Direktur Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Kementerian Keuangan (Kemkeu) Kunta Nugraha mengatakan, pelemahan rupiah justru berdampak positif pada APBN. Sebab ketika rupiah melemah, penerimaan sumber daya alam (SDA) meningkat. Hal itu karena penjualan sumber daya alam di pasar internasional menggunakan nominasi dollar AS. "Penerimaan SDA meningkat," jelas Kunta, Kamis (8/3).

Di sisi lain pelemahan nilai tukar rupiah juga memperbesar anggaran belanja. Namun, peningkatan anggaran belanja masih bisa tertutupi kenaikan penerimaan. "Beban pembiayaan juga naik, karena bunga utang ada yang pakai dollar AS, tapi (APBN) masih untung," klaim Kunta.


Mengacu analisis sensitivitas Nota Keuangan APBN 2018, setiap nilai tukar rupiah melemah Rp 100 per dollar AS, maka pendapatan negara bertambah Rp 3,8 triliun-Rp 5,1 triliun. Itu berasal dari peningkatan penerimaan perpajakan Rp 2,1 triliun-Rp 2,6 triliun dan tambahan penerimaan bukan pajak (PNBP) Rp 1,7 triliun-Rp 2,5 triliun.

Sedangkan penambahan belanja negara dari pelemahan rupiah di angka yang sama hanya Rp 2,2 triliun-Rp 3,4 triliun. Tambahan alokasi anggaran berasal dari belanja pemerintah pusat Rp 1,6 triliun-Rp 2,1 triliun, transfer ke daerah dan dana desa naik Rp 500 miliar–Rp 1,3 triliun.

Secara keseluruhan, tiap kurs rupiah bertambah Rp 100 di atas asumsi makro, akan menimbulkan surplus anggaran Rp 1,6 triliun–Rp 1,7 triliun. Hitung punya hitung, rata-rata kurs rupiah saat ini Rp 13.513,72 per dollar AS, maka surplus anggaran lebih dari Rp 3,1 triliun-Rp 3,4 triliun. "Kurs saat ini Rp 13.700 bellum tentu rata-rata setahun segitu, kami masih asumsikan Rp 13.400," jelas Kunta.

Kurs rupiah kembali melemah terhadap dollar AS pada perdagangan Kamis (8/3) ke level Rp 13.774 per dollar AS menurut Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI). Nilai tukar itu turun tipis dari perdagangan sehari sebelumnya Rp 13.763 per dollar AS.

Hingga kemarin, rata-rata kurs rupiah dari awal tahun 2018 adalah sebesar Rp 13.513,72 per dollar AS. Nilai itu di atas kurs rupiah pada asumsi makro APBN 2018 yang Rp 13.400 per dollar AS.

Walau menguntungkan penerimaan negara, pelemahan rupiah merugikan industri karena sebagian besar bahan baku industri masih impor. "Rupiah harus distabilkan. Cadangan devisa bisa digunakan," saran Dekan Fakultas Ekonomi UI Ari Kuncoro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini