Pelemahan Rupiah Dikhawatirkan Picu Subsidi Energi Membengkak



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Rupiah menembus level Rp 15.000 pada Rabu (6/7) kemarin. Pelemahan rupiah ini dikhawatirkan akan berdampak pada risiko membengkaknya subsidi energi khususnya Bahan Bakar Minyak (BBM) dan listrik serta beban utang luar negeri.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pelemahan rupiah di tahun ini diperkirakan berdampak relatif signifikan, terutama berkaitan dengan subsidi energi, setelah harga minyak dunia melewati asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ditetapkan  US$ 63 per barel.

Asal tahu saja, Kamis (7/7) pukul 7.42 WIB, harga minyak WTI kontrak Agustus 2022 di New York Mercantile Exchange turun 0,35% ke US$ 98,18 per barel. Sedangkan harga minyak Brent kontrak September 2022 di ICE Futures turun 0,48% ke US$ 100,21 per barel.


Baca Juga: Ekonomi Menggeliat, Rupiah Diprediksi Berada di Rp 14.765 per Dolar AS di Akhir 2022

“Pelemahan nilai tukar diproyeksi juga akan ikut meningkatkan subsidi energi di tahun 2022. Kondisi ini tentunya akan menggerus kapasitas dari APBN untuk belanja yang lebih produktif,” tutur Josua kepada Kontan.co.id, Kamis (7/7).

Meski begitu, Josua mengatakan hingga Mei 2022, penerimaan pemerintah masih relatif tinggi di tengah tekanan subsidi energi sejak bulan Februari. Hal ini mengindikasikan bahwa APBN masih relatif kuat menghadapi shock dari membengkaknya subsidi energi.

Mengingat satu bulan terakhir minyak global cenderung turun, sehingga diperkirakan mampu menahan laju kenaikan subsidi energi ke depannya.

Baca Juga: Rupiah Hari Ini Merah Lagi, Bagaimana Proyeksi Besok?

Sementara itu, jika ditinjau dampaknya kepada utang pemerintah, dia mengatakan seiring dengan utang pemerintah yang didominasi oleh Surat Berharga Negara (SBN) rupiah, maka dampaknya relatif terbatas pada kenaikan bunga utang.

“Namun, pelemahan rupiah justru berdampak negatif pada demand SBN secara umum, sehingga bila pelemahan rupiah terus berlanjut, maka realisasi pembiayaan cenderung terhambat di tahun 2022,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli