KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Semakin memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China membuat investor menjauhi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah. Mengutip
Bloomberg, Jumat (31/8) rupiah ditutup pada melemah 0,20% ke Rp 14.710 per dollar AS. Analis Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yasyi mengatakan, rupiah melemah cukup dalam karena terpengaruh perang dagang AS dan China yang kembali memanas.
Presiden AS,Donald Trump disebut akan memberlakukan tarif bea masuk baru pada US$ 200 miliar produk impor China sesegara mungkin setelah periode dengar pendapat publik usai pekan depan. Di trance yang baru, AS berencana mengenakan tarif baru antara 10%-20% terhadap US$ 200 miliar produk impor China. "Perang dagang mengkhawatirkan perekonomian global dan imbasnya ke negara berkembang ini jadi sentimen yang membuat rupiah melemah," kata Dini, Jumat (31/8). Semakin memanaskan tensi perang dagang AS dan China menurut Dini membuat investor ingin mengamankan aset mereka pada instrumen safe haven, yaitu dollar AS yang juga sedang menguat. Sebaliknya, investor juga akan menjauhi investasi di negara berkembang, dalam hal ini mata uang rupiah. Pemberlakuan tarif impor baru dari AS kepada China yang kemungkinan akan diberlakukan pekan depan, membuat Dini memproyeksikan pelemahan rupiah masih akan terjadi hingga pekan depan. Meski, pekan depan ada data inflasi Indonesia.
"Data inflasi meski hasil yang keluar stabil pengaruh pada penguatan rupiah masih terbatas," kata Dini. Dini memproyeksikan sepekan depan rupiah masih akan melemah direntang Rp 14.655 per dollar AS hingga Rp 14.800 per dollar AS. Sementara, untuk pergerakan rupiah di Senin (3/9) juga akan masih melemah dengan sentimen yang kurang lebih masih sama, yaitu perang dagang AS dan China yang semakin memanas. Dini memproyeksikan rentang rupiah besok di Rp 14.710 per dollar AS hingga Rp 14.750 per dollar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia