JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah sampai Rp 13.000 per dollar Amerika Serikat (AS) membuat pusing industri yang memakai bahan baku impor. Sebab, ketika rupiah loyo, pelaku industri mesti menanggung biaya produksi lebih mahal. Kondisi ini dirasakan oleh PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), yang mayoritas memakai bahan baku baja impor untuk produksinya. "Otomatis beban produksi kami naik," kata Irvan Kamal Hakim, Direktur Utama KRAS saat berkunjung ke Kantor Redaksi KONTAN, Senin (9/3). Irvan menyatakan, KRAS membeli bahan baku bijih besi dari Rusia dan Australia dengan kurs dollar AS. Selain itu, "Kami juga membeli gas dari Pertamina EP, dan PGN (Perusahaan Gas Negara). Semuanya kami beli memakai dollar AS," ujar Irvan.
Pelemahan rupiah mulai gencet industri
JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah sampai Rp 13.000 per dollar Amerika Serikat (AS) membuat pusing industri yang memakai bahan baku impor. Sebab, ketika rupiah loyo, pelaku industri mesti menanggung biaya produksi lebih mahal. Kondisi ini dirasakan oleh PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), yang mayoritas memakai bahan baku baja impor untuk produksinya. "Otomatis beban produksi kami naik," kata Irvan Kamal Hakim, Direktur Utama KRAS saat berkunjung ke Kantor Redaksi KONTAN, Senin (9/3). Irvan menyatakan, KRAS membeli bahan baku bijih besi dari Rusia dan Australia dengan kurs dollar AS. Selain itu, "Kami juga membeli gas dari Pertamina EP, dan PGN (Perusahaan Gas Negara). Semuanya kami beli memakai dollar AS," ujar Irvan.