Pelemahan rupiah tak berefek ke penerbitan obligasi global



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melihat bahwa dengan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah yang terus naik, pembiayaan masih akan tetap aman.

Hari ini, Kamis (26/4), yield Surat Berharga Negara (SBN) seri acuan tenor 10 tahun FR0064 berada di 7,13% atau naik dibandingkan posisi hari sebelumnya yaitu 6,995%. Angka tertinggi sejak Juli 2017.

Direktur Strategis dan Portofolio Utang Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Scenaider Siahaan mengatakan, kenaikan US Treasury yield tidak berdampak pada rencana penerbitan obligasi global yang sudah direncanakan oleh pemerintah.


“Tidak ditunda, obligasi global kita yang masuk dalam rencana tinggal denominasi yen. Masih direncanakan eksekusi di semester I-2018,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (26/4).

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, dengan yield obligasi pemerintah yang terus naik, pembiayaan juga masih sesuai rencana.

"Kami melihat bahwa proyeksi pembiayaannya masih akan cukup comfortable," ucapnya di Gedung DPR.

Selain dari sisi SBN, adapun, pemerintah baru saja menarik utang Rp 6,15 triliun dari hasil lelang lima seri surat utang negara (SUN) yang hasilnya lebih rendah dari target indikatif yang sebesar Rp 17 triliun.

Penawaran dalam lima seri SUN tersebut hanya Rp 17,02 triliun, menurun bila dibandingkan penawaran yang masuk pada lelang SUN dua pekan sebelumnya yang mencapai Rp 37,72 triliun.

Bahkan, penawaran pada lelang kemarin tercatat yang terendah sejak Oktober 2016.

Atas hal ini, Sri Mulyani mengatakan pihaknya akan terus memantau situasi market yang terkait sepinya peminat SUN.

“Kami akan waspada, akan komunikasikan bahwa kebutuhan financing kita akan tetap terjaga sehingga tidak menimbulkan spekulasi," ujar Sri Mulyani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto