JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah masih belum mengganggu strategi pembiayaan pemerintah. Di tengah pelemahan rupiah, pemerintah masih rajin menerbitkan surat utang negara (SUN). Sejak awal tahun hingga saat ini, pelemahan mata uang garuda sudah mencapai 5,5%. Namun pemerintah melihat pelemahan nilai tukar tidak terlalu berpengaruh terhadap yield atas surat utang yang diterbitkan. Direktur Strategis dan Portfolio pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan, Schneider Siahaan mengatakan, strategi penerbitan surat utang tetap sama yaitu front loading. Hal itu karena yield untuk SBN sepuluh tahun relatif tetap.
Salah satu hal yang mendorong yield tidak mengalami kenaikan karena ada dorongan dari inflasi yang baik. Bahkan, dalam dua bulan terakhir terjadi deflasi. "Kalau inflasi bisa terus rendah, maka yield akan membaik," ujar Shneider. Sebagai gambaran, nilai tukar rupiah berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) hari Rabu (11/3) berada di level Rp 13.164. Namun demikian, pemerintah akan tetap berhati-hati dan akan menyesuaikan penerbitan SBN sesuai dengan kondisi market terkini. Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, yield SBN sepuluh tahun dalam dua minggu terakhir mengalami kenaikan menjadi 7,5%. Padahal, sebelumnya hanya 7%. David bilang, bagi investor domestik laju inflasi mungkin bisa menutupi pelemahan nilai tukar. Namun, bagi investor luar negeri hal itu tidak berlaku. Sebab, mereka lebih mempertimbangkan kurs.