Pelemahan rupiah tekan penjualan Trakindo



JAKARTA. Pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih menjadi momok bagi sebagian pelaku industri dalam negeri. PT Trakindo Utama misalnya. Penyedia alat berat Caterpillar ini tak mampu berkelit dari paparan resiko tersebut.

Director & Chief Operating Officer Trakindo Ali Alhabsy menjelaskan, realisasi penjualan alat berat tahun lalu mencapai 2.200 unit dan angka ini diprediksi masih bertahan untuk tahun ini. "Relatif stagnan, andai ada kenaikan paling menjadi 2.500 unit," imbuhnya, (25/3).

Hanya saja, paparan tersebut tidak memang mengena langsung terhadap perseroan. Pasalnya, Trakindo membeli berbagai macam alat berat Caterpillar langsung dari produsennya dengan menggunakan kurs dollar AS.


Sebagian konsumen Trakindo juga merupakan perusahaan yang telah menggunakan kurs dolar sehingga tidak terlalu terpengaruh terhadap fluktuasi kurs. Nah, masalah baru muncul ketika konsumen Trakindo adalah perusahaan yang masih menggunakan kurs rupiah.

"Jadi, ini ada pengaruhnya terhadap daya beli mereka," ujar Ali.

Perlahan, Trakindo sudah mulai membuka basis produksi alat berat di dalam negeri, khususnya untuk produksi ekskavator. Sudah ada dua wilayah yang menjadi basis produksi, yakni di Cileungsi, Bogor, dan Batam. Kalau yang di Batam, produksinya difokuskan untuk alat berat pertambangan.

Namun, hal ini tidak menjamin perseroan bisa lepas dari fluktuasi kurs. Sebab, Trakindo memang menjadi dealer khusus Caterpillar, namun penjualannya hanya dilakukan khusus untuk pasar Indonesia, bukan pasar luar negeri atau minimal kawasan regional. Sehingga, perseroan tidak memiliki semacam natural hedging yang bisa dimanfaatkan untuk meminimalisir resiko fluktuasi kurs.

Setidaknya, sentimen negatif dari pelemahan rupiah terhadap dolar AS bisa sedikit ternetralisir oleh program percepatan pembangunan infrastruktur didalam negeri. Inisiatif pemerintah itu bisa membuat Trakindo bisa tetap menjaga penjualannya, hanya permintaannya saja yang bergeser.

Ali bilang, ketika beberapa periode lalu sektor tambang lagi booming, sebesar 65% penjualan alat berat banyak terserap ke sektor tersebut. Namun, belakangan ini sektor tambang sedang lesu dan porsinya berubah hanya menjadi sekitar 40%.

Nah, selisih 20%-25% itu yang bergeser ke sektor konstruksi. Porsi ini akan terus bertambah karena kedapannya proyek-proyek infrastruktur semakin ramai.

"Pergeserannya kesitu. Sektor maritim juga cukup menarik karena saat ini porsi penjualannya mencapai 20%. Sisanya dari power system," pungkas Ali.

Memang, dalam bisnisnya, Trakindo menjadi dealer resmi Caterpillar yang menyediakan alat berat segala industri mulai dari tambang, konstruksi, maritim, perkebunan, minyak dan gas hingga kelistrikan.

Layanannya pun mencakup hulu hingga hilir, mulai dari penyediaan alat berat Caterpillar berkinerja tinggi seperti produk machines, engine, rental & used equipment, suku cadang Caterpillar dan non-Caterpillar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie