Pelemahan yuan, sengaja atau murni digerakkan pasar?



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pelemahan kurs yuan China membuat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meradang. Akhir pekan lalu, ia melontarkan tudingan bahwa China memanipulasi yuan dengan sengaja membiarkan mata uangnya itu melemah terhadap dollar AS.

Sejak pertengahan Juni 2018, yuan telah melemah hampir 5% terhadap dollar AS dan di akhir pekan lalu posisinya ke level terendah dalam setahun terakhir. Trump memandang, China sengaja menjaga mata uang mereka tetap melemah untuk mendapatkan keuntungan bagi eksportir mereka. Ujungnya, ini akan menyulitkan AS memangkas defisit perdagangan dengan China.

China pun merespons tudingan miring soal manipulasi mata uang tersebut. China menolak tuduhan Trump bahwa mereka memanipulasi yuan untuk mengatrol ekspor.


Kementerian Luar Negeri China menyebutkan, kurs yuan ditentukan oleh kekuatan pasar. "China tidak memiliki keinginan untuk memacu ekspor melalui devaluasi mata uang," kata Jurubicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang seperti dilansir Channel NewsAsia, Senin (23/7).

Pasca tudingan Trump tersebut, apakah China akan beralih ke kebijakan lain untuk mendukung pertumbuhan ekonominya setelah menghadapi tantangan besar dari sisi ekspor?

Wang Tao, Kepala Penelitian Ekonomi China UBS di Hong Kong memprediksikan China akan menggunakan instrumen lain selain nilai tukar untuk meredam pukulan dari perang dagang. "Bank sentral China  akan bekerja untuk menstabilkan mata uang. Jadi apa yang bisa China lakukan? Pada saat ini saya pikir mereka dapat mengurangi beberapa pengetatan dalam kebijakan kredit dan fiskal, untuk mendukung investasi infrastruktur," kata Wang seperti dikutip Bloomberg.

Senin (23/7), merujuk Bloomberg, China menetapkan tingkat referensi untuk yuan onshore sebesar 6,7593 dibandingkan dengan perkiraan senilai 6,7554. Sementara yuan offshore tercatat 6,7764 pada pukul 09:17 pagi waktu Shanghai.

Informasi saja, berbeda dengan dollar atau euro, yuan tidak mengambang bebas terhadap mata uang lainnya. Bank Sentral China atau People's Bank of China (PBOC) membantu memandu mata uang yuan dengan menetapkan rentang perdagangan harian.

Terlepas dari kritik Trump, para analis menilai, depresiasi yuan kali ini dipahami para investor sebagai cerminan fundamental ekonomi China. Berbeda dengan devaluasi yuan tahun 2015 silam yang memang disengaja.

"Beberapa tahun yang lalu kami tidak membenarkan melemahnya yuan. Itu adalah PBOC yang memicu devaluasi yuan mendadak, tanpa pemberitahuan atau tanpa petunjuk," kata Iris Pang, ekonom China di ING Bank Hong Kong.

Senada, Frederic Neumann, Kepala Penelitian Ekonomi Asia di HSBC Holdings Plc Hong Kong mengatakan, pelemahan yuan lebih karena efek makro ekonomi China dan faktor kenaikan bunga The Fed. Pelemahan  yuan tersebut juga masih sejalan dengan kebijakan PBOC yang membuka volatilitas yuan dan membiarkan pasar bermain sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat