JAKARTA. PT Pelindo II bakal segera mengeksekusi sejumlah proyek mulai semester kedua tahun ini. Perseroan bakal segera memulai lima proyek pelabuhan dengan nilai yang terbilang besar. "Saat ini kami memiliki dana Rp 18 triliun dan ini dalam bentuk cash, cukup untuk mengerjakan proyek-proyek itu," ujar RJ Lino, Direktur Utama Pelindo II, Kamis (9/7). Dana tersebut akan digunakan untuk membangun lima proyek pelabuhan. Diantaranya, ada proyek Pelabuhan Tanjung Carat. Pengerjaan proyek ini terbilang kompleks.
Pasalnya, dalam proyek tersebut selain akan dibangun terminal kontainer dan terminal batubara juga akan dilakukan pengerjaan pemotongan di 32 titik kelokan Muara Enim, Sungai Musi hingga Tanjung Pematang menuju Tanjung Carat. Rangkaian sungai ini panjangnya sekitar 160 km. Tidak hanya itu. Perseroan juga bakal menaikkan sejumlah titik pintu air. Sehingga, kapal tongkang dengan kapasitas yang lebih besar bisa lewat. Selama ini, dengan banyaknya kelokan di Sungai Musi membuat hanya kapal tongkang batubara berkapasitas 7.500 ton yang bisa lewat. Tapi, dengan pemotongan kelokan maka akan terbentuk jalur yang lebih lurus ditambah dengan peningkatan pintu air maka kapal tongkang 10.000 ton bisa lewat. PT Bukit Asam Tbk bakal menjadi salah satu perusahaan yang sangat diuntungkan jika proyek ini selesai. "Saham dia juga bisa menjadi lebih bagus, nih, nantinya," imbuh Lino. Pasalnya, jika proyek itu selesai, setengah dari biaya logistik Bukit Asam menuju Lampung bisa dipangkas. Bukan hanya itu, kapasitas batubara yang didistribusikan juga bisa naik dari semula hanya 13 juta ton per tahun jadi 150 juta ton per tahun melalui Sungai Musi. "Jadi, secara komersial akan sangat menguntungkan (Bukit Asam). Pembelinya (batubara) juga sudah ada, kan, PLN," jelas Lino. Dia menambahkan, nilai investasi proyek tersebut mencapai Rp 4 triliun. Akhir tahun ini diharapkan bisa dimulai proyeknya. Lalu, ada proyek pembangunan Pelabuhan Kijing di Kalimantan Barat. Nilai investasinya sekitar Rp 4 triliun dan ditargetkan bisa dimulai juga tahun ini. Jika proyek tersebut tuntas, maka Pelabuhan Kijing bisa menampung 1 juta TEUs, 6,3 juta ton CPO dan 15 juta ton curah kering. Ada juga proyek Pelabuhan Sorong. "Targetnya, September nanti bisa mulai dikerjakan proyeknya," tambah Lino. Nah, pelabuhan di kawasan Indonesia Timur selama ini masih dijauhi pihak swasta. Pasalnya, pelabuhan di kawasan ini tidak memberikan profit yang besar. Hal ini juga yang mendasari Pelindo memilih untuk renegosiasi kontrak dengan Hutchison. Lino bilang, swasta termasuk Hutchison pasti tidak inhin membangun pelabuhan di kawasan yang tidak menguntungkan. Tapi, duit yang masuk dari renegosiasi tersebut bisa digunakan untuk membangun Pelabuhan Sorong atau pelabuhan lain di Indonesia Timur. "Di sinilah fungsi BUMN. Awalnya (proyek Pelabuhan Sorong) pasti kurang menguntungkan, tapi kami membangun masa depan," tandas Lino. Dua pelabuhan lain yang juga bakal mulai dieksekusi pengerjaannya adalah, proyek New Priok Kalibaru dan pelabuhan Cirebon.
Saat ini pengerjaan proyek New Priok sudah berjalan lebih dari 45%. Sementara, pelabuhan Cirebon hanya perlu dioptimalkan saja operasionalnya. Catatan saja, Pelindo II memiliki kesiapan dana senilai Rp 18 triliun. Duit tersebut diperoleh dari penerbitan global bond senilai Rp 20,8 triliun plus duit yang diterima dari renegosiasi kontrak bersama Hutchison senilai US$ 250 juta. "Jadi, soal kesiapan dana kami ada, tinggal masalah perizinan saja, kalau lancar maka proyeknya bisa berjalan tepat waktu," punggkas Lino. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto