Pelindo III raih kredit bank asing Rp 1,2 triliun



SURABAYA. PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III memperoleh pinjaman sebesar Rp 1,2 triliun dari Credit Suisse dan Deutsche Bank, Cabang London. Dana sebesar itu rencananya akan digunakan untuk pembiayaan pengadaan 10 unit Ship to Shore Crane (STS) dan 20 unit Automated Stacking Crane (ASC). Kedua alat itu akan digunakan untuk operasional terminal Teluk Lamong, Surabaya.

“Pinjaman ini dilakukan dengan skema export credit agency melalui lembaga asuransi Finnvera asal Finlandia. Bunga pinjamannya 1,39% dan jangka waktu pembayaran selama 7 tahun,” ujar Djarwo Surjanto, Direktur Utama Pelindo III dalam keterangan tertulisnya (25/11). Djarwo menjelaskan, alat-alat berat yang pesan oleh Pelindo III tersebut dibuat oleh Konecranes, yang merupakan perusahaan alat berat asal Finlandia. Alat tersebut diklaim sebagai alat yang ramah lingkungan sesuai dengan konsep yang tengah diterapkan oleh Pelindo III di terminal Teluk Lamong. Alat yang dipesan oleh Pelindo III akan datang secara bertahap mulai Januari 2014 mendatang.  Dimulai dari 10 unit ASC yang datang dalam bentuk komponen yang selanjutnya akan dirakit di Indonesia dan dilanjutkan dengan kedatangan 5 unit STS secara utuh. “Sepuluh unit ASC dan lima unit STS lainnya akan dikirim pada tahun 2016 mendatang setelah Terminal Teluk Lamong tahap kedua selesai dibangun,” imbuhnya.

Terminal Teluk Lamong merupakan megaproyek yang dilakukan oleh Pelindo III. Terminal tersebut mulai dibangun pada 2010 sebagai proyek perluasan dan penambahan kapasitas dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.


Seperti diketahui bahwa terminal Teluk Lamong dibangun dalam beberapa tahap. Tahap pertama dibangun seluas 38,8 hektare dan akan mulai beroperasi pada 2014. Sedangkan tahap kedua akan dikembangkan lagi terminal dengan luas mencapai 50 hektare pada 2016. Tak hanya sampai disitu,  terminal ini akan terus dibangun hingga mencapai luas 386,12 hektare.

Dengan beroperasinya terminal Teluk Lamong ini diharapkan mampu mengurangi kepadatan arus kapal dan waktu tunggu kapal, sehingga dapat menekan biaya logistik nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan