KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Jumlah pemudik pada momen lebaran 2024 diprediksi akan melonjak jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memperkirakan jumlah pemudik pada Idul Fitri 2024 ini mencapai 193,6 juta orang. Sejalan dengan semarak lebaran tersebut, Bank Indonesia (BI) menyiapkan uang kartal alias uang tunai sebanyak Rp 197,6 triliun. Penyediaan uang tunai ini meningkat 4,65% YoY dibandingkan dengan realisasi tahun lalu sebesar Rp 188,8 triliun.
Peningkatan kebutuhan uang tunai lebaran ini juga mempertimbangkan jumlah pemudik 2024 yang meningkat serta adanya tunjangan hari raya (THR) ASN yang dibayarkan secara penuh. "Kita tahu pemudik akan meningkat cukup besar sekitar 197 juta, kemudian THR juga akan dibayar 100% sehingga kita mengantisipasi kebutuhan uang baru untuk Ramadhan," ujar Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI Marlison Hakim, belum lama ini.
Baca Juga: BI: Uang Beredar pada Februari 2024 Capai Rp 8.739,6 triliun Wakil Ketua Umum Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Sarman Simanjorang mengatakan dengan jumlah pemudik yang meningkat pada tahun ini akan memberikan dampak positif terhadap pergerakan ekonomi daerah. Ia menyebut pusat-pusat wisata, hotel, restoran dan toko oleh-oleh akan ketiban berkah dari momen mudik lebaran tersebut. Ujungnya, hal ini akan menambah pendapatan asli daerah (PAD). "Ini tentu akan berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah karena dengan belanja-belanja para pemudik di daerah tentu mereka akan dikenakan pajak, katakanlah pajak hiburan ketika memasuki tempat wisata," ujar Sarman kepada Kontan.co.id, Minggu (24/3). Meski begitu, ia menyarankan pemerintah daerah (pemda) setempat agar melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaku usaha agar tidak menaikkan harga-harga yang membuat pemudik enggan membelanjakan uangnya. "Sehingga kita harapkan nanti bahwa para pemudik itu tidak ragu menghabiskan uang yang dibawa di daerah dalam rangka meningkatkan perputaran uang," katanya. Sementara itu, Analis Senior Indonesia Strategic and Economi Action Institution Ronny P Sasmita mengatakan, momen lebaran memang merupakan momen konsumsi sehingga dampaknya secara fiskal di daerah tujuan mudik juga diprediksi akan ikut meningkat. Ia memperkirakan, pajak daerah seperti pajak sektor pariwisata atau leisure tax serta pajak untuk sektor konsumsi akan mengalami peningkatan. Memang dampaknya dari sisi ekonomi cukup besar, tetapi secara fiskal di daerah tidak akan terlalu signifikan. Hal ini diarenakan tidak semua pajak dari belanja pemudik di daerah tujuan akan masuk ke kantong pemda. "Yang biasanya berimbas fiskal hanya berupa konsumsi leisure di lokasi pariwisata daerah dan konsumsi makanan dan jajanan lokal. Sementara itu, sebagian konsumsi pemudik telah dilakukan di rantau, untuk dibawa ke kampung halaman sebagai oleh-oleh dan sejenisnya," katanya. Meski begitu, Ronny mengakui bahwa dampak fiskal ke daerah dari momen lebaran akan tetap ada, terutama dari sektor pariwisata, serta dari sektor konsumsi makanan dan minuman lokal. Pengamat Pajak Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Fajry Akbar menambahkan dengan adanya cuti bersama lebaran 2023 pastinya akan dimanfaatkan masyarakat untuk mudik dan berlibur. Oleh karena itu, pergerakan ekonomi di berbagai daerah akan meningkat, termasuk penerimaan pajak daerah dan restribusi yang meningkat pula. "Biasanya ketika mudik orang juga ikut berlibur ke tempat wisata, jumlah wisatawan meningkat, penerimaan dari restribusi juga akan meningkat," kata Fajry. Dengan semakin banyaknya arus kendaraan saat mudik dan liburan, maka penerimaan restribusi dari terminal dan parkir juga akan meningkat. Begitu pula dengan penerimaan pajak dari restoran dan hotel. "Saya kira kenaikan harga memang terjadi setiap bulan puasa dan lebaran. Dan hal tersebut tidak mengurangi antusias warga untuk mudik dan berlibur. Jadi, penerimaan pajak dan restribusi daerah akan tetap naik pada tahun ini," jelasnya.
Baca Juga: Pertumbuhan Uang Beredar (M2) Melambat Pada Februari 2024 Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berharap pemberian THR dan gaji ke-13 ASN bisa menjaga momentum pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nasional. Bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri merupakan salah satu momentum untuk mendorong pertumbuhan konsumsi masyarakat, termasuk melalui pemberian THR bagi aparatur negara dan pensiunan. "Ini kita harapkan meningkatkan daya beli. Saya juga berharap para ASN kalau menggunakan dan membelanjakan adalah untuk produk-produk dalam negeri untuk mendorong ekonomi lokal supaya ini benar-benar bermanfaat," terang Menkeu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat