KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menyebut, probabilitas Amerika Serikat (AS) jatuh ke jurang resesi terbuka lebar pada tahun 2023. Ini seiring dengan tingkat inflasi AS yang masih tinggi, pengetatan kebijakan moneter yang agresif, yang kemudian menekan potensi pertumbuhan ekonomi. “Probabilitas untuk AS memasuki resesi pada tahun depan meningkat. Terakhir, angka kemungkinannya 50%, ini lebih tinggi dari perkiraan-perkiraan sebelumnya,” terang Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (20/10) dalam pertemuan daring. Ketegangan geopolitik masih menyebabkan disrupsi rantai pasok global, yang kemudian menyundut tingkat inflasi. Nah, untuk mengendalikan inflasi, bank-bank sentral termasuk bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) mengerek suku bunga acuan.
Baca Juga: Redam Gejolak Ekonomi, BI Maksimalkan Bauran Kebijakan Moneter The Fed cukup agresif dalam menaikkan suku bunga acuan. Bahkan, Perry memperkirakan suku bunga acuan The Fed pada akhir tahun ini akan mencapai 4,5%. Tak berhenti sampai situ, suku bunga acuan AS berpeluang naik lagi menjadi 4,75% pada tahun 2023. Sayangnya, Perry melihat, kenaikan suku bunga acuan The Fed ini tak serta merta bisa menurunkan tingkat inflasi AS. Kenaikan suku bunga acuan memang bisa mengendalikan inflasi dari sisi permintaan. Namun, masalahnya, inflasi pada masa ini bukan hanya karena naiknya inflasi. Dengan demikian, mau tak mau otoritas AS juga perlu berupaya menjaga inflasi dari sisi pasokan, untuk memperkecil potensi stagflasi maupun resesi.