KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis sektor kesehatan khususnya rumah sakit tengah banyak dilirik. Ini terlihat dari berbagai aksi korporasi yang melibatkan emiten-emiten rumah sakit belakangan ini. Sebut saja PT Lippo Karawaci Tbk (
LPKR) yang menambah kepemilikannya di PT Siloam International Hospitals Tbk (
SILO). Pada periode 29 Maret 2022 hingga 18 April 2022, LPKR melakukan pembelian 330,41 juta saham SILO. Dus, kepemilkan LPKR atas SILO menjadi 57,9% dari sebelumnya 55,4%. Selain itu, belum lama ini PT Astra International Tbk (
ASII) masuk ke PT Medikaloka Hermina Tbk (
HEAL) dengan menyerap
private placement-nya. ASII menggelontorkan dana hingga Rp 45 miliar untuk
private placement HEAL dengan harga pelaksanaan Rp 1.500 per saham.
Baca Juga: Primaya Hospital Berencana Gelar IPO Tahun Ini Adapun Bursa Efek Indonesia (BEI) juga kedatangan emiten rumah sakit baru, PT Murni Sadar Tbk (
MTMH), yang secara resmi tercatat di bursa kemarin Rabu (20/4). Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei berpendapat, ramainya aksi yang melibatkan emiten rumah sakit itu tidak terlepas dari posisi rumah sakit sebagai bagian hulu di industri kesehatan. Sehingga, masih banyak peluang pertumbuhan. Di sisi lain, penetrasi industri kesehatan masih rendah sementara kebutuhan pelayanan kesehatan terus bertumbuh seiring meningkatnya populasi. Apalagi setelah pandemi Covid-19, kesadaran masyarakat akan kesehatannya semakin tinggi.
Baca Juga: John Riady Beberkan Alasan Lippo Karawaci Tambah Kepemilikan Saham di RS Siloam Senada, Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandu Dewanto berpendapat, rumah sakit merupakan ujung dari sektor kesehatan. Misalnya, emiten farmasi menjual obat melalui dokter di rumah sakit, emiten alat kesehatan juga yang menggunakan adalah pada tenaga kesehatan di rumah sakit. Tidak terkecuali emiten laboratorium yang mendapat pelanggan atas rujukan dari dokter di rumah sakit. Selain itu, sumber pendapatan yang lebih luas dimiliki oleh emiten rumah sakit, antara lain dari kunjungan pasien, rawat inap, dan berbagai pelayanan kesehatan lain yang dapat dikembangkan. Menurut Pandu, itu menjadi salah satu alasan yang mendasari grup konglomerasi tertarik untuk berinvestasi di emiten rumah sakit. "Selain itu jika ditinjau dari kinerja keuangan, sektor rumah sakit juga termasuk stabil, konsisten membukukan pertumbuhan pendapatan, bahkan masa pandemi dua tahun terakhir justru semakin mendongkrak kinerja, terutama tahun 2021 lalu," ujar dia kepada Kontan.co.id, Kamis (21/4).
Baca Juga: Sektor Kesehatan Menarik Minat Astra International (ASII) Asal tahu saja, SILO mencatatkan kenaikan pendapatan hingga 32% yoy dengan laba naik 480% yoy. Selain itu HEAL membukukan pertumbuhan pendapatan 31% yoy dengan kenaikan laba 112% yoy. Sementara MIKA pendapatannya naik 27% yoy dengan laba terkerek 46% yoy. Akan tetapi, pertumbuhan yang signifikan pada emiten rumah sakit seperti tahun lalu akan sulit terulang di tahun ini. Sebab, pendorong utama dari kencangnya pertumbuhan pendapatan dan laba adalah kondisi pandemi. Padahal pandemi tahun ini sudah jauh membaik. Dengan demikian, ada potensi kehilangan kontribusi pendapatan dari covid secara signifikan. Akan tetapi, hal ini dapat tertutupi dengan kembalinya pasien yang selama ini menahan diri atau menunda kunjungan ke rumah sakit karena masih khawatir dengan penyebaran Covid. "Kami perkirakan masih dapat bertumbuh meski tidak sekuat tahun lalu, mungkin akan kembali ke tingkat pertumbuhan seperti prapandemi pada kisaran 6% hingga 9%," imbuh Pandu.
Baca Juga: Kondisi BPJS Kesehatan Masih Bugar Di antara emiten rumah sakit yang ada, HEAL dipandang sebagai emiten yang paling menarik. Masuknya HEAL ke ekosistem grup Astra menjadi daya tarik tersendiri karena akan lebih mudah untuk melakukan ekspansi dengan dukungan dari grup sebesar Astra. "Namun karena belakangan ini sudah naik cukup signifikan, kami rekomendasikan untuk
hold dengan target Rp 1.450 per saham. Akan di-
review kembali setelah melihat kinerja kuartal pertama ini, perlu lihat dahulu bagaimana dampak covid yang mereda ke kinerja emiten," jelasnya. Senada, kendati kinerjanya tidak akan sesemarak tahun lalu, Jono melihat beberapa saham rumah sakit seperti HEAL, SILO, dan MIKA masih atraktif. Dia juga mengunggulkan HEAL karena memiliki tarif layanan rumah sakit terjangkau dengan jaringan tersebar luas di seluruh Indonesia. Adapun saham HEAL direkomendasikan dengan target harga Rp 1.350 per saham.
Baca Juga: IHSG Ditutup All-Time High Lagi, Simak Prediksi Untuk Semester Pertama 2022 Untuk bisnis-bisnis lain di sektor kesehatan lainnya, sebenarnya Jono masih melihat prospek menarik dari emiten laboratorium dan emiten distribusi alat kesehatan. Keduanya berpotensi mengalami kenaikan permintaan seiring dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan bisnis emiten farmasi, Pandu mengamati belum ada emiten farmasi yang menarik untuk tahun ini. Bagi emiten yang memiliki segmen suplemen makanan dan vitamin memang masih ada potensi pertumbuhan, akan tetapi akan sulit bagi emiten yang hanya mengandalkan obat resep. Hal tersebut tampak dari kinerja SIDO dan KLBF yang tahun lalu membukukan pertumbuhan yang kuat dibanding rata-rata. Sedangkan emiten farmasi lain masih tampak kesulitan untuk menghasilkan peningkatan laba yang signifikan, bahkan beberapa membukukan penurunan seperti yang terjadi pada INAF, DVLA, PYFA dan PEHA. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati