Peluang besar di tengah tekanan industri 2014



JAKARTA. Beban berat masih harus dipukul oleh pengusaha di tahun depan. Krisis global yang belum tampak ujung penyelesaiannya, pelemahan rupiah, kenaikan upah buruh, hingga tarif listrik yang naik harus dipikul pengusaha. Namun, bukan berarti tak ada peluang membentang.

Adalah pasar dalam negeri bisa menjadi peluang gurih yang bisa dinikmati. Adalah pesta demokrasi lima tahunan bisa menjadi peluang bagi para pebisnis. Sektor jasa seperti perhotelan, bisnis ritel, bisnis kosmetik , hingga telekomunikasi berpotensi menjala keuntungan yang memikat. Tak hanya itu saja, bisnis tekstil diramal juga bisa mencecap penghasilan yang terbilang lumayan.

Pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat mendatangkan pundi para pebisnis tekstil, khususnya yang berorientasi ekspor. Itulah sebabnya, di tengah kenaikan beban bagi pebisnis, Kementerian Perdagangan masih yakin bahwa industri masih akan tumbuh di 2014, yakni berkisar 6%-7%. Angka ini sedikit optimistis dari target pertumbuhan industri di tahun 2013 yakni 5%-7%.


Namun, tak semua industri bisa menggaruk keuntungan. Sektor properti diramalkan akan mengalami perlambatan bisnis. Ini lantaran industri perbankan mengerem kreditnya. Kondisi ini masih ditambah dengan ketatnya regulasi Bank Indonesia (BI) untuk kredit perumahan rakyat (KPR) serta kredit pemilikan apartemen (KPA).

Kebijakan loan to value membuat konsumen mengerem nafsu belanja rumah atau apartemen lantaran harus menyediakan uang muka yang besar, yakni sampai 30% untuk rumah pertama dan naik untuk rumah kedua dan seterusnya. Makanya, jika tahun ini, pertumbuhan industri properti diyakini bisa di atas 20%, tahun depan hanya 10%-15%.

Setali tiga uang, industri otomotif juga diramal bakal berjalan di tempat. Gara-gara ongkos produksi naik, harga mobil pun ikut melaju kecang. Akibatnya, konsumen menahan diri untuk belanja mobil. Tak pelak, penjualan mobil diramal hanya 1,2 juta unit, atau sama dengan tahun ini.

Yang juga berat adalah industri pertambangan dan industri pendukungnya. Loyonya harga komoditas membuat para pebisnis di sektor ini harus menahan napas nafas lebih lama lagi untuk bisa mengeduk keuntungan. Apalagi, pemerintah juga akan melarang ekspor mineral mentah mulai 12 Januari 2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie