Penggunaan urinoir tipe berdiri acap memicu keraguan bagi kaum muslim, bahwa busana mereka akan terkena najis cipratan air seni, sehingga mereka tak bisa melaksanakan Ibadah. Kekhawatiran ini rupanya membawa berkah tersendiri bagi produsen aksesori urinoir.Bagi umat muslim kesucian dari najis adalah wajib dalam menjalankan ibadah sholat. Sayangnya, saat sedang buang air kecil khususnya di urinoir tipe berdiri, ada kekhawatiran celana terkena cipratan air seni. Kalau sudah begitu, salat tidak sah karena mengenakan busana yang sudah terkena najis.Kekhawatiran ini pula yang menelurkan ide untuk membuat urine protector yang mampu melindungi diri dari cipratan air seni atau urine. Salah satu pemainnya adalah Ramdhani. Ia mulai membuat urine protector sejak empat tahun lalu. Menurutnya, bisnis ini terus berkembang seiring dengan tumbuhnya kantor atau mal-mal yang memiliki kepedulian terhadap masalah ini. "Kebanyakan konsumen memang masih pengelola gedung di Jabodetabek yang menggunakan produk ini," ujar pria berusia 35 tahun tersebut.Ramdhani menjual produk urine protector berbahan baku plastik dan akrilik dengan panjang 35 sentimeter (cm), lebar 15 cm, dan tinggi 10 cm seharga Rp 65.000 per unit. Ia beruntung karena pada awal memulai usaha memiliki jaringan dengan pihak Pondok Indah Mall di Jakarta Selatan. Dari kerja sama itu, ia bisa memasok hingga ke beberapa mal besar di Jakarta dan Tangerang. Ia menerima pesanan hingga 150 unit hingga 170 buah dengan omzet sekitar Rp 10 juta per bulan. Jumlah itu termasuk pemesanan di beberapa kantor yang ada di kawasan Jalan Sudirman, Thamrin, dan Kuningan, Jakarta. Kini Ramdhani sedang mencoba memperluas pasaran produknya yang bernama Crystal ini ke wilayah Sumatra. "Sudah ada 20 pesanan, tapi masih tahap percobaan," ujarnya.Destinhuru H. Dhito baru dua bulan ini memproduksi urine protector bermerek Zakki di Cipinang. Ia mengatakan, pelindung urine ini tidak bisa memastikan sampai 100% bebas cipratan. "Tapi setidaknya ini adalah salah satu bentuk usaha ke sana," kata Dhito, panggilan karibnya. Menurut Dito, ada beberapa pihak yang meragukan kemampuan produk ini. Namun, ia yakin seiring dengan adanya terobosan-terobosan baru, produknya akan makin sempurna.Urine protector buatan Dhito berdimensi panjang 33 cm, lebar 13 cm, untuk tinggi ada yang 10 cm, dan 15 cm. Beratnya kurang dari 400 gram. Dhito mematok harga Rp 50.000 untuk tinggi 10 cm dan Rp 56.000 untuk tinggi 15 cm untuk pasar gedung perkantoran.Untuk masjid, lembaga pendidikan, dan lembaga dakwah, Dhito menyediakan potongan harga Rp 5.000. Untuk masjid yang tidak mampu Dhito menggratiskan urine protector buatannya.Meski usahanya baru seumur jagung, Dhito bisa menjual 80 urine protector tiap bulan. Pembelinya didominasi oleh pengelola kantor. Pembeli individual jarang karena belum banyak orang yang tahu dan jarang ada rumah yang memasang urinoir tipe berdiri. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Peluang bisnis dari aksesori penangkal cipratan najis
Penggunaan urinoir tipe berdiri acap memicu keraguan bagi kaum muslim, bahwa busana mereka akan terkena najis cipratan air seni, sehingga mereka tak bisa melaksanakan Ibadah. Kekhawatiran ini rupanya membawa berkah tersendiri bagi produsen aksesori urinoir.Bagi umat muslim kesucian dari najis adalah wajib dalam menjalankan ibadah sholat. Sayangnya, saat sedang buang air kecil khususnya di urinoir tipe berdiri, ada kekhawatiran celana terkena cipratan air seni. Kalau sudah begitu, salat tidak sah karena mengenakan busana yang sudah terkena najis.Kekhawatiran ini pula yang menelurkan ide untuk membuat urine protector yang mampu melindungi diri dari cipratan air seni atau urine. Salah satu pemainnya adalah Ramdhani. Ia mulai membuat urine protector sejak empat tahun lalu. Menurutnya, bisnis ini terus berkembang seiring dengan tumbuhnya kantor atau mal-mal yang memiliki kepedulian terhadap masalah ini. "Kebanyakan konsumen memang masih pengelola gedung di Jabodetabek yang menggunakan produk ini," ujar pria berusia 35 tahun tersebut.Ramdhani menjual produk urine protector berbahan baku plastik dan akrilik dengan panjang 35 sentimeter (cm), lebar 15 cm, dan tinggi 10 cm seharga Rp 65.000 per unit. Ia beruntung karena pada awal memulai usaha memiliki jaringan dengan pihak Pondok Indah Mall di Jakarta Selatan. Dari kerja sama itu, ia bisa memasok hingga ke beberapa mal besar di Jakarta dan Tangerang. Ia menerima pesanan hingga 150 unit hingga 170 buah dengan omzet sekitar Rp 10 juta per bulan. Jumlah itu termasuk pemesanan di beberapa kantor yang ada di kawasan Jalan Sudirman, Thamrin, dan Kuningan, Jakarta. Kini Ramdhani sedang mencoba memperluas pasaran produknya yang bernama Crystal ini ke wilayah Sumatra. "Sudah ada 20 pesanan, tapi masih tahap percobaan," ujarnya.Destinhuru H. Dhito baru dua bulan ini memproduksi urine protector bermerek Zakki di Cipinang. Ia mengatakan, pelindung urine ini tidak bisa memastikan sampai 100% bebas cipratan. "Tapi setidaknya ini adalah salah satu bentuk usaha ke sana," kata Dhito, panggilan karibnya. Menurut Dito, ada beberapa pihak yang meragukan kemampuan produk ini. Namun, ia yakin seiring dengan adanya terobosan-terobosan baru, produknya akan makin sempurna.Urine protector buatan Dhito berdimensi panjang 33 cm, lebar 13 cm, untuk tinggi ada yang 10 cm, dan 15 cm. Beratnya kurang dari 400 gram. Dhito mematok harga Rp 50.000 untuk tinggi 10 cm dan Rp 56.000 untuk tinggi 15 cm untuk pasar gedung perkantoran.Untuk masjid, lembaga pendidikan, dan lembaga dakwah, Dhito menyediakan potongan harga Rp 5.000. Untuk masjid yang tidak mampu Dhito menggratiskan urine protector buatannya.Meski usahanya baru seumur jagung, Dhito bisa menjual 80 urine protector tiap bulan. Pembelinya didominasi oleh pengelola kantor. Pembeli individual jarang karena belum banyak orang yang tahu dan jarang ada rumah yang memasang urinoir tipe berdiri. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News