Peluang bisnis gelas stoples kian menjanjikan



Belakangan ini, gelas stoples atau gelas harvest lagi digemari, terutama di kafe-kafe dan restoran. Banyak kafe dan resto memakai gelas ini sebagai wadah aneka minuman, seperti smoothies, es buah, kopi, dan teh. Tampilan gelas berbentuk stoples ini memang unik dengan desain yang manis dan cantik.

Selain tampilannya menarik, gelas juga terbuat dari bahan beling tebal sehingga cocok sebagai tempat minuman. Dari kafe dan resto, kini tren penggunaan gelas stoples juga merambah dapur-dapur rumahtangga.

Alhasil, penjualan gelas stoples pun terus meningkat. Tak heran, banyak orang terjun di bisnis penjualan gelas harvest. Salah satunya Renny Diah Prasetiany di Bekasi. Wanita yang berprofesi sebagai apoteker ini mencoba peruntungannya di bisnis barang pecah belah ini sejak Mei 2013 lalu dengan mengusung merek Dapur Lovers.


Renny tertarik berjualan gelas stoples lantaran menjamurnya kafe di sekitar Jabodetabek. Ditambah banyak industri rumahan yang menjual smoothies yang juga membutuhkan gelas stoples.

Gelas stoples yang dijualnya bukan hasil produksi sendiri. "Saya memesan dari supplier gelas di Jakarta," katanya. Pasokan produknya didatangkan setiap dua bulan sekali. "Dalam sebulan, saya pesan 30 lusin dan kalau lagi ramai 50 lusin," katanya.

Dalam memasarkan produknya, Renny menerapkan sistem delivery melalui website resminya di www.dapurlovers.com. Harga gelas stoplesnya dibanderol Rp 65.000 per enam buah atau setengah lusin.

Renny memang tidak menjual satuan agar harganya lebih murah. Namun, jika ada konsumen yang mau membeli satuan bisa datang ke kantornya langsung di Bintara, Bekasi Barat. Harga per buahnya Rp 11.500. "Kalau untuk pengiriman dengan ekspedisi minimal setengah lusin," kata dia.

Setiap hari, Renny mela-yani pesanan 10 lusin gelas stoples. Mayoritas pelanggannya adalah pemilik kafe, restoran, hotel, dan ibu rumahtangga. "Ada juga yang memesan untuk hiasan pernak-pernik," ujarnya. Dengan estimasi penjualan 30 lusin per bulan, ia bisa mendapat omzet Rp 5 juta per bulan.

Pemain lain di bisnis ini adalah Ajeng Rani di Semarang, Jawa Tengah. Ia menggeluti bisnis ini sejak November 2013. Ajeng memulai bisnisnya karena terinspirasi dari kawan yang mengerjakan tugas fotografi makanan yang menggunakan gelas stoples.

Sama halnya Renny, Ajeng tidak memproduksi gelasnya sendiri. "Saya pesan dari Jakarta," ujarnya. Mayoritas konsumennya berasal dari Bandung, Jawa Barat. Dalam sebulan, ia bisa menjual 150 gelas–200 gelas dengan harga per buah Rp 15.000.

Dari penjualan sebanyak itu, Ajeng bisa mendapat omzet Rp 2 juta per bulan, dengan margin 30%. Penjualannya dilakukan lewat SMS, Whatsapp, dan BlackBerry Messenger.           

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri