Udara kotor Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia membuat penggunaan masker oleh pengendara sepeda motor meningkat. Sekarang, sedang nge-tren pemakaian masker bermotif dan bergambar menarik. Permintaan pun meningkat. Produsen penutup hidung dan mulut nyentrik ini bisa mengantongi omzet hingga Rp 20 juta per bulan. Wow!Bagi para biker, begitu julukan untuk pengendara sepeda motor, udara di kota-kota besar yang tercemar polusi khususnya Jakarta, menjadi salah satu masalah besar yang harus mereka hadapi sehari-hari.Tak heran, banyak biker yang sekarang memakai masker untuk menutupi hidung dan mulut mereka yang bisa mencegah udara kotor masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan.Jumlah sepeda motor yang meningkat pesat dari tahun ke tahun, jelas merupakan pasar yang menggiurkan untuk para produsen masker. Tapi, belakangan, masker tidak hanya menjadi kebutuhan bagi para biker, tapi juga gaya dengan kemunculan produk-produk penutup hidung dan mulut bermotif dan bergambar menarik. Makanya, pemakaian masker bermotif dan bergambar ini sekarang menjadi tren para biker. Permintaan pun deras mengalir. Tito Sudianto, produsen masker bermotif dan bergambar, mengklaim masker buatannya laris manis. Dia menjual produknya secara online melalui maskermotif.com.Dalam sebulan, ia bisa menjual sekitar 500 unit masker dengan harga mulai Rp 10.000 sampai Rp 15.000 per unit. Kalau pesanan sedang ramai, Tito bisa mengantongi omzet hingga Rp 10 juta per bulan. Padahal, ia tergolong pemain baru, dan memulai usaha ini pada awal tahun 2010 lalu.Tapi, pria 29 tahun ini tidak asal membikin masker khusus pengendara sepeda motor. Ia menomorsatukan kualitas. "Jika masker buatan saya tidak melindungi maksimal, maka akan menjadi sebuah masalah untuk biker," ucapnya. Itu sebabnya, Tito mencontek model masker kesehatan, namun dengan sentuhan motif dan gambar yang menarik. Contohnya, motif batik, bunga, dan gambar tokoh-tokoh kartun.Tito yakin, bisnis masker bermotif dan bergambar sangat bagus ke depannya, mengingat kualitas udara di kota-kota besar di Indonesia terutama Jakarta yang makin memburuk. Ditambah lagi, pengguna sepeda motor juga makin banyak saja.Makanya, Tito berencana tidak hanya akan menjual produknya di dunia maya, tapi juga memasarkan melalui toko ritel khusus. "Saat ini, saya sedang mengumpulkan modal untuk mengarahkan bisnis masker ke sana," ujar dia.Arianto Dirja, pemilik toko M Cool di Depok, Jawa Barat, tak cuma memproduksi masker bermotif dan bergambar, melainkan juga membuat kain slayer dengan motif batik yang bisa dipakai dan berfungsi sebagai penutup hidung dan mulut. Dengan bermodal kain batik sepanjang 900 meter, Arianto bisa menghasilkan sedikitnya 13.500 masker bermotif batik. Dia membeli bahan baku dari Solo, Jawa Tengah. Produk-produk maskernya lalu dijual ke toko-toko yang tersebar di kawasan Jabodetabek.Arianto membanderol masker bermotif batik bikinannya dengan harga Rp 7.000 per buah di tingkat pedagang. "Biasanya, di toko tersebut dijual lagi pada rentang harga antara Rp 10.000 hingga Rp 15.000 per buah," ungkapnya.Selain dalam partai besar, Arianto juga menjual masker batiknya secara eceran dengan harga Rp 8.000 per buah, namun dengan minimal pembelian lima unit. Sejauh ini, pasar masker bermotif batik Arianto masih di seputaran Jabodetabek. Sejak berbisnis masker pada 2009, Arianto mampu mendulang penghasilan hingga Rp 20 juta saban bulannya. Menurut Arianto, peluang bisnis pembuatan masker bermotif batik masih terbuka lebar. Apalagi, batik yang merupakan warisan budaya bangsa sedang menjadi tren masyarakat kita. Karena itu, ia berharap, tidak hanya pengendara sepeda motor saja yang memakai masker bermotif batik, tapi juga dunia medis, seperti dokter dan perawat, termasuk pekerja pabrik. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Peluang bisnis masker nyentrik masih ciamik
Udara kotor Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia membuat penggunaan masker oleh pengendara sepeda motor meningkat. Sekarang, sedang nge-tren pemakaian masker bermotif dan bergambar menarik. Permintaan pun meningkat. Produsen penutup hidung dan mulut nyentrik ini bisa mengantongi omzet hingga Rp 20 juta per bulan. Wow!Bagi para biker, begitu julukan untuk pengendara sepeda motor, udara di kota-kota besar yang tercemar polusi khususnya Jakarta, menjadi salah satu masalah besar yang harus mereka hadapi sehari-hari.Tak heran, banyak biker yang sekarang memakai masker untuk menutupi hidung dan mulut mereka yang bisa mencegah udara kotor masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan.Jumlah sepeda motor yang meningkat pesat dari tahun ke tahun, jelas merupakan pasar yang menggiurkan untuk para produsen masker. Tapi, belakangan, masker tidak hanya menjadi kebutuhan bagi para biker, tapi juga gaya dengan kemunculan produk-produk penutup hidung dan mulut bermotif dan bergambar menarik. Makanya, pemakaian masker bermotif dan bergambar ini sekarang menjadi tren para biker. Permintaan pun deras mengalir. Tito Sudianto, produsen masker bermotif dan bergambar, mengklaim masker buatannya laris manis. Dia menjual produknya secara online melalui maskermotif.com.Dalam sebulan, ia bisa menjual sekitar 500 unit masker dengan harga mulai Rp 10.000 sampai Rp 15.000 per unit. Kalau pesanan sedang ramai, Tito bisa mengantongi omzet hingga Rp 10 juta per bulan. Padahal, ia tergolong pemain baru, dan memulai usaha ini pada awal tahun 2010 lalu.Tapi, pria 29 tahun ini tidak asal membikin masker khusus pengendara sepeda motor. Ia menomorsatukan kualitas. "Jika masker buatan saya tidak melindungi maksimal, maka akan menjadi sebuah masalah untuk biker," ucapnya. Itu sebabnya, Tito mencontek model masker kesehatan, namun dengan sentuhan motif dan gambar yang menarik. Contohnya, motif batik, bunga, dan gambar tokoh-tokoh kartun.Tito yakin, bisnis masker bermotif dan bergambar sangat bagus ke depannya, mengingat kualitas udara di kota-kota besar di Indonesia terutama Jakarta yang makin memburuk. Ditambah lagi, pengguna sepeda motor juga makin banyak saja.Makanya, Tito berencana tidak hanya akan menjual produknya di dunia maya, tapi juga memasarkan melalui toko ritel khusus. "Saat ini, saya sedang mengumpulkan modal untuk mengarahkan bisnis masker ke sana," ujar dia.Arianto Dirja, pemilik toko M Cool di Depok, Jawa Barat, tak cuma memproduksi masker bermotif dan bergambar, melainkan juga membuat kain slayer dengan motif batik yang bisa dipakai dan berfungsi sebagai penutup hidung dan mulut. Dengan bermodal kain batik sepanjang 900 meter, Arianto bisa menghasilkan sedikitnya 13.500 masker bermotif batik. Dia membeli bahan baku dari Solo, Jawa Tengah. Produk-produk maskernya lalu dijual ke toko-toko yang tersebar di kawasan Jabodetabek.Arianto membanderol masker bermotif batik bikinannya dengan harga Rp 7.000 per buah di tingkat pedagang. "Biasanya, di toko tersebut dijual lagi pada rentang harga antara Rp 10.000 hingga Rp 15.000 per buah," ungkapnya.Selain dalam partai besar, Arianto juga menjual masker batiknya secara eceran dengan harga Rp 8.000 per buah, namun dengan minimal pembelian lima unit. Sejauh ini, pasar masker bermotif batik Arianto masih di seputaran Jabodetabek. Sejak berbisnis masker pada 2009, Arianto mampu mendulang penghasilan hingga Rp 20 juta saban bulannya. Menurut Arianto, peluang bisnis pembuatan masker bermotif batik masih terbuka lebar. Apalagi, batik yang merupakan warisan budaya bangsa sedang menjadi tren masyarakat kita. Karena itu, ia berharap, tidak hanya pengendara sepeda motor saja yang memakai masker bermotif batik, tapi juga dunia medis, seperti dokter dan perawat, termasuk pekerja pabrik. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News