Peluang bisnis mi ayam



Terdorong tren gaya hidup sehat, Maryati Catursari memproduksi mi ayam pangsit dan bakso dengan bahan-bahan yang aman untuk dikonsumsi. Di bawah bendera usaha Pangsito, ia telah menekuni usaha ini sejak tahun 2010 di Depok, Jawa Barat. "Produk yang kami buat aman untuk anak-anak dan penderita maag," ujar Maryati.

Dalam pembuatan mi, Maryati tidak menggunakan soda ash (soda abu). Bahan ayam yang digunakannya juga pilihan. Yakni, ayam probiotik atau ayam yang tidak disuntik hormon dan antibiotik. Ia juga tidak menggunakan zat pewarna. Jika membutuhkan warna yang lebih terang, ia memakai sayuran organik. Bakso buatannya juga tanpa MSG (monosodium glutamate).

Untuk mengembangkan usaha, ia telah menawarkan kemitraan sejak 2010. Saat ini, Maryati telah memiliki tujuh gerai. Dua milik sendiri dan lima sisanya milik mitra.


Dalam kerjasama ini, mitra tidak dibolehkan memakai merek Pangsito. Soalnya, ia masih menetapkan standar untuk membawa Pangsito ke konsep waralaba. Dalam kemitraan ini, biaya investasi ditetapkan Rp 10 juta. Mitra akan memperoleh booth, peralatan masak, peralatan makan, dan bahan baku.

Dengan harga jual Rp 8.000-Rp 12.000 per porsi, mitra dapat meraup omzet Rp 9,5 juta per bulan. Asumsinya mitra dapat menjual 30-35 mangkok per hari. Biaya produksi per mangkok Rp 5.000 -Rp 6.000 per porsi. Setelah dikurangi sewa tempat dan gaji karyawan, mitra mendapat laba Rp 2 juta per bulan. "Diharapkan lima sampai enam bulan, mitra balik modal," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri