Peluang bunga lawas yang kembali mekar



KONTAN.CO.ID - Anda penyuka bunga? Pasti, sudah tak asing dengan bunga hortensia. Bunga ini juga dikenal dengan nama kembang bokor, bunga pecah seribu, bunga tiga bulan hingga bunga masamba.

Hortensia yang punya nama latin Hydrangea macrophylla adalah bunga yang sangat indah. Terdiri dari kuntum-kumtum bunga mungil yang mekar merapat, bergerombol membentuk bulatan menyerupai sarang lebah. Bentuk yang unik ini juga didukung oleh warna-warni hortensia, mulai dari hijau muda, biru keunguan, merah muda cerah, sampai merah lembayung.

Tak heran, tanaman ini banyak digunakan sebagai penghias taman. Terutama di daerah-daerah dataran tinggi, seperti Bandung, Bogor, Puncak atau Lembang.


Kini, hortensia juga menjadi idola para florist. Kembang bokor banyak digunakan sebagai elemen penghias dekorasi suatu ruang, meja maupun rangkaian bunga.

Rohman, petani bunga asal Cipanas, Jawa Barat mengaku, permintaan hortensia meningkat sejak awal ia membudidayakannya. “Dulu saya hanya bertani krisan, lalu karena banyak permintaan hortensia, jadi saya coba penuhi permintaan pasar. Ternyata permintaannya makin banyak, hanya saya masih terkendala luas lahan,” ujarnya. Ia membudidayakan Hortensia sejak 2016 lalu.

Ia hanya membudidayakan hortensia merah muda. Awalnya ada juga biru muda, namun belakangan makin susah menemukan bibitnya. Bibit hortensia merah muda ukuran 20 centimeter (cm) dibanderol Rp 35.000 per polybag.

Rohman mengaku, dalam sebulan bisa menghasilkan sekitar 200–400 bibit hortensia. “Sebenarnya 400 bibit itu masih kurang. Banyak permintaan yang belum bisa diakomodir karena keterbatasan lahan,” ungkapnya.

Praktis omzet yang bisa dikantongi Rohman dalam sebulan mencapai Rp 7 juta–Rp 14 juta per bulan dari bertanam hortensia saja. Pelanggan bibit Hortensia merah muda milik Rohman datang dari Jakarta, Bandung, Bogor, Depok, Bekasi, Bali, Malang dan Medan.

Hal serupa juga diutarakan oleh Isman Tobing, petani bunga asal Wonosobo, Jawa Tengah yang juga menanam hortensia setelah banyak permintaan. Sebelumnya, Ia hanya membudidayakan bunga potong komersil seperti mawar, krisan dan lily. “Iya, memang sekarang bunga bokor sedang banyak dicari,  sepertinya mulai naik daun lagi,” ujarnya. Bibit Hortensia hasil budidaya Isman dibanderol Rp 30.000–Rp 40.000 per polybag.

Isman membudidayakan gortensia berbagai warna, yaitu biru muda, hijau muda dan merah muda. Dalam sebulan, Ia bisa membuat bibit Hortensia sebanyak 300–500 bibit. Pelanggannya masih datang dari Jawa Tengah dan sekitarnya.  

Pemupukan dan kondisi tanah lembab jadi kunci kesuburan

Hortensia atau yang lebih akrab disebut bunga bokor termasuk keluarga Hydrangeaceae. Tumbuhan yang memiliki nama latin Hydrangea macrophylla ini berasal dari negeri berhawa sejuk di sekitar Asia Timur dan Asia Tengah. Maka, penanamannya pun cocok di daerah dataran tinggi.

Hortensia sangat tergantung dengan pasokan air. Saat musim kemarau, hortensia wajib disiram tiap dua hari. Sedangkan, pada musim penghujan, tanaman bisa disiram tiga hari sekali.  Namun, penyiraman berlebihan juga kurang baik karena bisa menimbulkan kebusukan. "Intinya, penyiraman harus teratur dan cukup. Hortensia butuh kondisi tanah yang lembab," kata Rohman.

Selain itu, pemupukan rutin tak boleh dilupakan. Pemupukan dilakukan tiap dua minggu sekali agar bunga bisa tumbuh maksimal. "Pemakaian pupuk lumayan banyak, agar kembangnya banyak dan tahan lama," tukas Rohman.

Ia menyarankan pupuk yang tinggi kandungan Phospor-nya. Atau bisa juga diganti dengan pupuk NPK. Pupuk kandang juga bagus digunakan sebagai alternatif menggantikan pupuk kimia. "Intinya wajib dipupuk. Nanti kurang pupuk, di sela-sela tulang daunnya bakal muncul warna agak kuning. Itu tanda kalau tanamannya harus dipupuk," jelas Rohman.

Untuk menghasilkan warna bunga yang beragam, Isman Tobing, petani bunga asal Wonosobo, Jawa Tengah punya tipsnya. Warna bunga bokor dipengaruhi oleh unsur Aluminium dalam tanah.

Aluminium inilah yang membuat pigmen warna bunga menjadi biru. "Unsur Aluminium dalam tanah ini dipengaruhi oleh tingkat keasaman tanah. Kalau pH tanah kurang dari 5,5, otomatis warna bunganya bisa biru pekat," kata Isman.

Sementara, pada tanah dengan pH 5,5 – 6,5 unsur Aluminium agak sulit diserap oleh tanaman. Maka, si kembang bokor akan menghasilkan bunga berwarna lembayung muda (keunguan). Dan pada tanah basa dengan pH 7 atau lebih, unsur aluminium akan diikat erat oleh kapur, sehingga tidak bisa diserap oleh si kembang bokor. Kembang bokor yang ditanam pada tanah semacam ini akan menghasilkan bunga berwarna merah muda.

"Jadi mudah saja untuk membuat warna bunga menjadi merah muda, caranya dengan menambahkan kapur pertanian atau dolomit ke dalam tanah. Kapur itu dilarutkan dulu ke air sebelum disebar ke tanah," papar Isman.

Dosis kapur yang digunakan adalah 0,5–1 kg dolomit/m2 tanah. Atau bisa juga dengan menyiramkan larutan kapur tembok yang dilarutkan dalam air, dengan konsentrasi 50 gr kapur per liter air/m2 tanah. "Pemberian kapur ini tidak boleh sering-sering, maksimal seminggu sekali. Kalau sering juga nanti malah mati tanamannya," tutur Isman.

Untuk memperoleh bibit Hortensia, baik Rohman maupun Isman melakukan stek pada batang Hortensia. Ada indukan yang di datangkan langsung dari daerah tertentu, kemudian diperbanyak dengan stek. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Johana K.