Peluang Ekspor Ikan Patin ke AS Terbuka Lebar



JAKARTA. Peluang Indonesia mengekspor ikan patin ke Amerika Serikat (AS) makin terbuka lebar. Peluang ini muncul lantaran AS akan menutup rapat-rapat pintu bagi ikan patin asal Vietnam yang selama ini berhasil menguasai pasar di sana.

Ini tentu saja merupakan kesempatan emas buat pengusaha ikan patin untuk mengisi pasar yang akan ditinggalkan Vietnam itu. "Pasar ekspor ke AS total mencapai 1,1 juta ton per tahun," kata Suherman Dinata, Presiden Direktur PT Alami Makmur Sembada, perusahaan pengolahan, ekspor, dan budidaya ikan, Kamis (2/4) kemarin.

AS menyetop impor ikan patin dari Vietnam setelah negara adidaya itu menemukan 40% kandungan air yang mempunyai zat pengikat di ikan patin Vietnam. Dalam jangka panjang, kandungan zat ini bisa membahayakan kesehatan manusia.


Cuma, masalahnya, Suherman bilang, harga produk ikan patin dari Indonesia masih lebih mahal ketimbang Vietnam. Ini karena ongkos produksi di sini jauh lebih tinggi, yakni Rp 8000 - Rp 11.000 per kilogram. Sedang ongkos produksi ikan patin Vietnam cuma Rp 6.000 per kilogram. Tak heran jika harga jual ikan patin Vietnam juga jauh lebih murah.

Untuk mengatasi kendala ini, Alami Makmur yang berencana masuk ke AS akan membangun pabrik pengolahan di Jambi, Riau, dan Kalimantan Selatan. Pemerintah sudah menetapkan ketiga daerah ini sebagai proyek percontohan klaster budidaya ikan yang bernama latin pangasius hipothalmus itu.

Di sana, Suherman bilang, perusahaannya bisa menekan biaya produksi sekaligus meningkatkan volume. "Kalau terpusat, ongkos produksi patin bisa ditekan," ujarnya.

Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan Martani Huseini Martani menyatakan, sistem klaster ikan patin di tiga provinsi itu memang bertujuan mengerek produksi.

Jika produksi sudah banyak, Indonesia bisa lebih banyak lagi mengekspor ikan patin, termasuk ke AS. "Kami juga akan berkonsentrasi bagaimana caranya supaya harga patin kita sama dengan harga jual Vietnam sebesar Rp 12.000 per kilogram di pasar internasional," kata Martani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie