KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini, pandemic Covid-19 menyerang Indonesia. Ini berdampak pada kinerja emiten sektor konstruksi dan menyebabkan penurunan harga saham sektor konstruksi. Namun, pada perdagangan saham kemarin (6/10), saham sektor konstruksi sempat mengalami kenaikan secara temporer. Ini terjadi karena adanya sentimen positif terkait pengesahan
omnibus law atau udang-undang sapu jagat. Pengesahan
omnibus law atau RUU Cipta Kerja, Senin (5/10) lalu, menjadi katalis positif bagi emiten konstruksi. Selain sektor properti, sektor konstruksi juga berpotensi dilirik investor dengan adanya undang-undang sapu jagat ini.
Adanya aturan pengolahan bank tanah oleh negara akan menguntungkan perusahaan konstruksi BUMN. Hal ini dikarenakan emiten konstruksi pelat merah memiliki pangsa pasar untuk proyek-proyek pemerintah. Di sisi lain, sebagai upaya program pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19 dalam program infrastruktur, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) telah mengalokasikan anggaran infrastruktur dalam RAPBN 2021 sebesar Rp 414 trilliun. Anggaran tersebut cukup besar dibanding anggaran tahun ini yang hanya Rp 24,3 trilliun. Hal ini tentunya bisa mendongkrak kinerja emiten konstruksi di tahun depan.
Bisa dilihat pada tabel di atas, berdasarkan valuasi saat ini saham WSKT masih diperdagangkan dengan valuasi murah. Nilai
price to book value (PBV) WSKT sebesar 0,284 kali. Sedangkan untuk saham WIKA nilai valuasi sedikit mahal jika dibandingkan dengan ADHI, PTPP dan WSKT. Untuk melihat kemampuan perusahaan menyelesaikan kewajiban jangka panjang, investor bisa melihat nilai
debt to assets ratio (DAR). Nilai DAR saham ADHI, PTPP, WIKA dan WSKT lebih dari 0,05. Maka dapat disiimpulkan sebagian besar aset perusahaan dibiayai oleh utang. Saham WIKA memiliki risiko yang rendah dibandingkan dengan emiten lain, dengan DAR sebesar 0,730. Perusahaan yang sehat secara keuangan dapat dilihat melalui rasio
debt to equity ratio (DER). Apabila rasio DER di bawah 1 kali atau 100%, artinya keuangan semakin sehat. Namun sebaliknya, pada tabel di atas, nilai DER keempat saham tersebut lebih dari 1 kali. Artinya, kondisi keuangan saham ADHI, PTPP, WIKA dan WSKT kurang sehat. Secara teknikal,saham ADHI, PTPP, WIKA dan WSKT saat ini masih berada di
stage 1 atau area akumulasi.
Entry buy ADHI bisa dilakukan ketika harga sudah tembus
resistance kuat MA 200 di harga Rp. 700. Sedangkan untuk saham PTPP bisa
entry buy ketika menembus
resistance kuat di harga Rp 1.000. Saham WIKA bisa
entry buy di area Rp 1.400 ketika menembus MA 200 sebagai
resistance kuatnya.
WSKT bisa mulai
entry buy di harga Rp 800 ketika sudah menembus
resistance kuatnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan, secara fundamental saat ini saham di atas masih murah untuk dibeli. Disisi lain pergerakan harga saham konstruksi masih berada di area akumulasi. Apabila ingin
entry buy, lebih baik bila harga sudah menembus
resistance kuatnya. Dengan demikian investor tidak terbawa kondisi
sideways yang terlalu lama. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Harris Hadinata