Peluang EXCL mengejar pendapatan data



JAKARTA. Emiten telekomunikasi kian mendorong pendapatan dari bisnis jaringan data, salah satunya PT XL Axiata Tbk (EXCL). Guna menunjang strategi ini, EXCL mendorong pembangunan menara base transceiver station (BTS), khususnya untuk 4G LTE.

EXCL menganggarkan separuh dari total belanja modal Rp 7 triliun tahun ini untuk mendanai proyek 4G. Hingga akhir semester I, pembangunan BTS khusus 4G sudah mencapai 5.250 menara. Bandingkan dengan jumlah BTS akhir Juni tahun lalu 232 menara.

Operator telekomunikasi ini menargetkan penambahan 20%-30% menara lagi hingga akhir tahun.


Leo Teo, analis Mega Capital Indonesia mengatakan, pengembangan bisnis EXCL masih bagus, walau kinerja keuangan pada semester pertama masih kurang memuaskan. Pendapatan EXCL pada enam bulan pertama tahun ini turun 2,14% menjadi Rp 10,85 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp 11,09 triliun.

Penurunan pendapatan ini terutama akibat melorotnya pendapatan non data hingga 10,25% menjadi Rp 5,78 triliun. Pendapatan nondata ini menyumbang porsi terbesar pendapatan EXCL.

Pendapatan interkoneksi, termasuk SMS interkoneksi domestik anjlok 25,92% menjadi Rp 930,26 miliar. Kabar baiknya, pendapatan data EXCL naik 22,37% menjadi Rp 3,57 triliun per Juni 2016.

Semester pertama 2015, pendapatan data EXCL baru Rp 2,91 triliun. "EXCL transformasi untuk fokus ke pendapatan data," kata Leo kepada KONTAN, Selasa (13/9).

Pengguna layanan data EXCL naik 17% dari 19,4 juta pelanggan menjadi 22 juta pelanggan. Porsi pengguna layanan data EXCL mencapai 54% dari total pelanggan EXCL, meningkat dari angka 42% per Juni tahun lalu.

Leo mengingatkan, kinerja semester pertama EXCL masih di bawah ekspektasi. Tapi, dengan prospek bisnis data yang terus meningkat, Leo merekomendasikan beli untuk saham EXCL dengan target Rp 3.900 per saham.

Analis Mandiri Sekuritas Ariyanto Kurniawan justru menurunkan target harga saham EXCL dari Rp 4.000 menjadi Rp 3.600 per saham dan mengubah rekomendasi dari buy ke neutral. Penurunan rekomendasi ini terutama dipicu pendapatan EXCL semester pertama yang lebih rendah ketimbang ekspektasi.

"Secara kuartal per kuartal, pendapatan EXCL juga turun 7%," kata Ariyanto.

Ariyanto pun menurunkan prediksi pendapatan EXCL sebesar 8% hingga akhir tahun menjadi Rp 23,51 triliun dari sebelumnya Rp 25,65 triliun. Dia pun memangkas prediksi laba EXCL tahun ini sebesar 54% Rp 404 miliar dari prediksi sebelumnya Rp 884 miliar.

Analis JP Morgan Indra Cahya juga menurunkan target harga saham EXCL menjadi Rp 3.920 dari sebelumnya Rp 4.460. Penurunan target ini karena pertumbuhan pendapatan kuartalan EXCL yang ada di bawah prediksi.

Indra masih melihat positif saham EXCL dengan rekomendasi overweight. Katalis positif bagi EXCL adalah rencana network sharing dengan PT Indosat Tbk (ISAT). "Dengan rencana ini, kedua operator akan menghemat belanja modal dan belanja operasional," ungkap dia dalam riset.

JPMorgan memperkirakan, pendapatan EXCL tahun ini mencapai Rp 22,25 triliun dengan laba Rp 496 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie