KONTAN.CO.ID - Gencatan senjata dalam konflik Lebanon-Israel diharapkan siap diumumkan pada hari Rabu (6/11) pekan depan. Perjanjian kedua negara mengatur gencatan senjata awal selama 60 hari. Perdana Menteri sementara Lebanon, Najib Makati, mengatakan dia tidak yakin kesepakatan akan mungkin tercapai hingga setelah pemilihan presiden AS hari Selasa. Makati mengaku telah berbicara tentang gencatan senjata tersebut dengan utusan AS untuk Timur Tengah, Amos Hochstein, yang dijadwalkan berkunjung ke Israel hari Kamis (31/10) ini.
"Hochstein, selama panggilan teleponnya dengan saya, menyarankan kepada saya bahwa kita bisa mencapai kesepakatan sebelum akhir bulan ini dan sebelum tanggal 5 November," kata Makati dalam wawancara dengan kanal televisi Lebanon,
Al Jadeed.
Baca Juga: Iran Bakal Kerahkan Semua Alat yang Tersedia untuk Serang Balik Israel Gencatan Senjata 60 Hari
Sebuah dokumen yang diduga berisi kesepakatan gencatan senjata sempat dipublikasikan oleh media lokal,
Kan, pada hari Sabtu (26/10). Dokumen itu menjelaskan bahwa Israel akan menarik pasukannya dari Lebanon dalam minggu pertama gencatan senjata 60 hari. Detail itu sebagian besar sama dengan rincian yang sempat dilaporkan
Reuters beberapa waktu sebelumnya. Juru bicara keamanan nasional AS, Sean Savett, mengklarifikasi dokumen tersebut. Dirinya menyebut bahwa kondisi sebenarnya berbeda dengan isi dokumen yang beredar. "Banyak laporan dan draf yang beredar. Laporan dan draf tersebut tidak mencerminkan keadaan negosiasi saat ini," kata Savett, dikutip Reuters.
Baca Juga: Israel Jamin Pemimpin Baru Hizbullah, Naim Qassem, Tidak Akan Berumur Panjang Tonton: 2 Syarat yang Diajukan Israel untuk Mengakhiri Perang di Lebanon Hizbullah Lebanon dan Israel telah bertempur selama setahun terakhir, bersamaan dengan serangan brutal Israel ke Gaza. Hizbullah menyerang sasaran-sasaran Israel sebagai bentuk solidaritas dengan sekutunya, Hamas.
Eskalasi konflik di Lebanon meningkat secara dramatis dalam lima minggu terakhir. Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan, sebagian besar dari 2.800 kematian yang tercatat selama 12 bulan terakhir terjadi dalam periode tersebut. Pemimpin Hizbullah yang baru, Naim Qassem, mengatakan kelompoknya akan menyetujui gencatan senjata dalam parameter tertentu jika Israel ingin menghentikan perang. Di kubu lain, Israel sejauh ini belum menyetujui proposal apa pun yang dapat dibahas.