Peluang genjot ekspor batubara ke China



JAKARTA. Kabar baik bagi emiten batubara. Rencana pemerintah China yang akan melarang impor batubara berkalori rendah, naga-naganya bakal tertunda. Hal itu diungkapkan Bahana Securities dalam riset hariannya, kemarin (16/7). Bahana mengutip pemberitaan Platts, divisi penyedia informasi komoditas milik McGraw Hill Financial.

Berita yang dirilis Platts pada 4 Juli 2013, menyebutkan bahwa Nastional Energy Administration (NEA) China telah dua kali merevisi usulan pembatasan impor batubara tersebut. Hingga akhirnya, usulan itu diputuskan untuk ditunda tanpa menyebutkan batas waktunya.

Seorang sumber Platts di perusahaan pembangkit listrik yang masuk lima besar di China bilang, dirinya telah membaca laporan tentang kemungkinan penundaan larangan impor batubara berkalori rendah tersebut. Namun, si sumber itu belum mendapat pemberitahuan resmi terkait rencana ini.


Seperti pernah ditulis Harian KONTAN edisi 20 Mei 2013 lalu, NEA mengusulkan larangan impor batubara berkalori di bawah 4.500 kilo kalori per kilogran (kkal/kg) berbasis net as received (NAR). Jika dikonversi dalam basis gross as received (GAR) seperti yang umum digunakan di Indonesia, besarannya menjadi 4.800-5.000 kkal/kg.

Dalam risetnya 15 Mei lalu, analis Mandiri Sekuritas, Hermawan Koeswanto menyebut, 20% batubara asal Indonesia yang dieskpor ke China berkalori di bawah 4.800 kkal/kg.

Nah, emiten yang terkena sentimen negatif karena memiliki produk batubara di bawah 4.800 kkal/kg GAR adalah ADRO, INDY, KKGI dan ABMM. Sedangkan yang kecipratan efek positif adalah ITMG dan HRUM karena produknya berkalori di atas ketentuan dan berpotensi mengisi pasar batubara kalori rendah yang dilarang.

Sentimen positif sesaat

Harry Su, Kepala Riset Bahana bilang, efek positif penundaan ini mungkin hanya sesaat. Sebab, China telah berkomitmen menekan emisi gas buang.

Bahkan, Harry mengingatkan, harga batubara bisa kembali tertekan, karena China tengah menyelesaikan pembangunan jalur rel kereta api dari mulut-mulut tambang batubara. "Jika tahun 2015 selesai, bisa jadi China jadi negara eksportir batubara," tutur Harry, kemarin (16/7). Hitungan Harry, konsumsi batubara China mencapai 4 miliar ton per tahun. Ekspor Indonesia ke China berkisar 72 juta ton per tahun.

Meski begitu, Jennifer Frederika Yapply, analis Bahana Securities mengatakan, bila benar rencana pembatasan impor itu ditunda akan berefek positif terhadap semua emiten batubara di Indonesia. "Penundaan ini seharusnya menyebabkan target penjualan emiten menjadi tidak terkendala," tuturnya.

Khusus untuk ADRO, Jennifer merevisi rekomendasi ADRO yang sebelumnya reduce, menjadi hold. Meski target harga tetap dipatok di level Rp 740 per saham yang mencerminkan rasio harga terhadap laba bersih per saham alias price to earning ratio (PER) sebesar 10,1 kali, hampir sama dibandingkan PER industri batubara sebesar 10 kali.

Senada, Reza Priyambada, Analis Trust Securities mengatakan, dampak penundaan tersebut hanya sesaat. Dia merekomendasikan trading buy untuk saham ADRO dengan target harga Rp 680 per saham. Kemarin, harga ADRO turun 1,43% ke Rp 690 per saham.

Rekomendasi yang sama juga untuk saham ITMG dengan target harga Rp 26.500 per saham.  Kemarin, harga ITMG turun 0,19% menjadi Rp 26.700 per saham.

Reza Nugraha, analis MNC Securities bilang, penundaan ini bisa dimanfaatkan emiten untuk meningkatkan volume penjualan. Dia merekomendasikan trading buy terhadap semua saham emiten batubara karena harganya saat ini sudah cukup murah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yuwono Triatmodjo