Peluang IHSG lanjutkan penguatan di awal pekan



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sejumlah analis memprediksi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang melanjutkan penguatan pada Senin (13/1).

Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan memproyeksikan, pada perdagangan awal pekan ini, IHSG bergerak di kisaran 6.275 hingga 6.300.

Menurut dia, laju IHSG ini terdorong oleh meredanya intensitas konflik geopolitik antara Amerika Serikat (AS)-Iran di Timur Tengah. Sentimen positif selanjutnya berasal dari penandatanganan perjanjian dagang antara AS-China yang akan berlangsung pada 15 Januari mendatang.


Baca Juga: Berikut saham yang layak dikoleksi awal tahun 2020 versi analis

Selain faktor eksternal tersebut, menghijaunya IHSG juga didorong oleh nilai tukar rupiah yang melanjutkan penguatan seiring dengan kecenderungan net buy investor asing. "Kenaikan cadangan devisa per 31 Desember 2019 dan capital inflow sebesar Rp 10,1 triliun per 9 Januari 2020 akan menopang penguatan nilai tukar rupiah," kata dia, Jumat (10/1).

Oleh sebab itu, Valdy menyarankan investor untuk mencermati saham-saham bank terutama bluechip karena akan terdorong penguatan nilai tukar tersebut. Di samping itu, ia merekomendasikan pelaku pasar untuk memperhatikan saham-saham konstruksi yang berpeluang melanjutkan pola bullish reversal, seperti PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dan PT PP Tbk (PTPP).

Baca Juga: Saham Blue Chip Sektor Tambang dan Konsumsi Masih Menarik Untuk dilirik

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga memprediksi, IHSG melanjutkan penguatan dengan support di level 6.230 dan resistance di 6.300 pada Senin (13/1). "Kenaikan IHSG didorong oleh semakin dekatnya penandatanganan kesepakatan dagang fase pertama AS-China serta meredanya ketegangan AS-Iran," ucap dia.

Meskipun begitu, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee memperkirakan, euforia penandatangan ini di pasar hanya berlangsung dalam jangka pendek. "Sebenarnya masih banyak perbedaan antara AS-China dan masalah tarif masih menjadi hambatan kedua negara," ucap dia. Oleh karena itu, ia menyarankan pelaku pasar untuk melakukan sell on strength ketika pasar mengalami penguatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari