Peluang IPO sektor e-commerce sudah tertutup, kecuali bagi market leader



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, peluang industri e-commerce untuk melakukan penawaran perdana umum (IPO) saat ini sudah tertutup. Kalaupun ada, itu hanya berlaku bagi perusahaan e-commerce yang saat ini menguasai pasar atau market leader.

"IPO itu tergantung siapa yang IPO, pelaku pasar juga akan pilih-pilih, melihat perusahaannya apa, industrinya apa, pemiliknya siapa dan brand-nya apa," kata Hans kepada Kontan, Jumat (30/9).

Dari sekian banyak penghuni market place, Hans menyebutkan ada beberapa perusahaan yang menjadi market leader saat ini. Perusahaan tersebut di antaranya, Tokopedia, Bukalapak, Lazada, BliBli, Shopee dan Go-Jek.


"Ini nama-nama besar yang kemungkinan peminatnya lumayan (banyak). Artinya ketika mereka go public, orang yang trading di perusahaan itu akan banyak sekali," ungkapnya.

Selain Go-Jek yang tengah dinanti rencana IPO-nya, Hans mengungkapkan bahwa Tokopedia dan Bukalapak turut menjadi incaran pelaku pasar Tanah Air saat ini.

"Kalau mau jujur, pasar sekarang sudah tertutup, hanya mereka-mereka yang besar yang bisa bermain di level setinggi itu," jelasnya.

Berkaca dari kondisi sebelumnya, Hans menyebutkan dulunya Matahari Mall tumbuh cukup bagus, namun saat ini justru tengah mengalami penurunan. Sehingga, Hans menegaskan bahwa bukan hal yang mudah untuk bermain di industri e-commerce saat ini.

"Biarpun regulasi sudah mengunci agar new comer tidak masuk ke Tanah Air, secara bisnis sudah terlihat pemainnya besarnya hanya itu (Tokopedia, Bukalapak, Lazada, BliBli, Shopee dan Go-Jek)," ungkapnya.

Bahkan, ketika perusahaan perusahaan tersebut mengurangi promosinya, Hans menilai mereka akan tetap untung. Ini karena, reputasi dan experience juga menjadi pertimbangan masyarakat dalam berbelanja.

"Jadi tampaknya, investor asing pun akan sulit untuk merebut pangsa pasar perusahaan e-commerce tersebut," ungkapnya.

Di sisi lain, prospek perusahaan market place ini tidak dapat disamakan dengan PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) dan PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk (MKNT), karena model bisnis yang dilakukan pun berbeda.

"Jadi, setiap perusahaan punya segmen dan caranya sendiri," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie