JAKARTA. Bakal calon presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo, memberi isyarat bahwa calon wakil presiden yang akan mendampinginya mengerucut ke dua nama, yakni Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad dan politisi senior Partai Golkar, Jusuf Kalla. Pengamat politik, Yudi Latief, menilai, sosok Jusuf Kalla lebih berpeluang untuk mendampingi Jokowi. Yudi menjelaskan, untuk membentuk keseimbangan antara Jawa dan luar Jawa, Jokowi harus memilih cawapres dari luar Jawa. Abraham dan Kalla sama-sama memenuhi kriteria itu. "Memang ada imajinasi wakil presiden mendatang mencerminkan keseimbangan Jawa dan luar Jawa seperti Soekarno-Hatta," kata Yudi di Jakarta, Sabtu (9/5) siang. Kedua, lanjutnya, bakal calon wakil presiden untuk Jokowi harus dikenal sebagai orang yang agamais. Hal itu disebabkan, Jokowi saat ini didukung partai nasionalis, dan banyak timbul stigma bahwa Jokowi anti-Islam. "Wapresnya harus orang yang relatif punya hubungan dengan organisai-organisasi keislaman," ujar Yudi. Hal ketiga, menurut Yudi, bakal calon wapres Jokowi juga harus didukung oleh partai lain agar menambah perolehan suara PDI-P. Untuk kriteria kedua dan ketiga, JK memenuhi unsur itu. JK dikenal sebagai Ketua Dewan Masjid. Dia juga merupakan politisi Partai Golkar dan sempat disebut-sebut akan diusung oleh Partai Kebangkitan Bangsa. PKB sendiri saat ini sudah merapat ke PDI-P. Sementara itu, Abraham tidak memiliki hubungan dengan organisasi Islam ataupun partai politik. "Jadi kalau melihat dari realita itu, menurut saya, JK," ujarnya. Sebelumnya, Jokowi memberi isyarat mengenai JK atau Abraham sebagai bakal cawapresnya. Ketika ditanya apakah Abraham masuk dalam kandidat pendampingnya, Jokowi memberikan jawaban menggantung. (Ihsanuddin)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Peluang JK jadi cawapres dinilai lebih besar
JAKARTA. Bakal calon presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo, memberi isyarat bahwa calon wakil presiden yang akan mendampinginya mengerucut ke dua nama, yakni Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad dan politisi senior Partai Golkar, Jusuf Kalla. Pengamat politik, Yudi Latief, menilai, sosok Jusuf Kalla lebih berpeluang untuk mendampingi Jokowi. Yudi menjelaskan, untuk membentuk keseimbangan antara Jawa dan luar Jawa, Jokowi harus memilih cawapres dari luar Jawa. Abraham dan Kalla sama-sama memenuhi kriteria itu. "Memang ada imajinasi wakil presiden mendatang mencerminkan keseimbangan Jawa dan luar Jawa seperti Soekarno-Hatta," kata Yudi di Jakarta, Sabtu (9/5) siang. Kedua, lanjutnya, bakal calon wakil presiden untuk Jokowi harus dikenal sebagai orang yang agamais. Hal itu disebabkan, Jokowi saat ini didukung partai nasionalis, dan banyak timbul stigma bahwa Jokowi anti-Islam. "Wapresnya harus orang yang relatif punya hubungan dengan organisai-organisasi keislaman," ujar Yudi. Hal ketiga, menurut Yudi, bakal calon wapres Jokowi juga harus didukung oleh partai lain agar menambah perolehan suara PDI-P. Untuk kriteria kedua dan ketiga, JK memenuhi unsur itu. JK dikenal sebagai Ketua Dewan Masjid. Dia juga merupakan politisi Partai Golkar dan sempat disebut-sebut akan diusung oleh Partai Kebangkitan Bangsa. PKB sendiri saat ini sudah merapat ke PDI-P. Sementara itu, Abraham tidak memiliki hubungan dengan organisasi Islam ataupun partai politik. "Jadi kalau melihat dari realita itu, menurut saya, JK," ujarnya. Sebelumnya, Jokowi memberi isyarat mengenai JK atau Abraham sebagai bakal cawapresnya. Ketika ditanya apakah Abraham masuk dalam kandidat pendampingnya, Jokowi memberikan jawaban menggantung. (Ihsanuddin)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News