KONTAN.CO.ID - Beda dengan tahun lalu yang minus 2,2%, reksadana pendapatan tetap tahun ini mulai menunjukkan kinerja positif. Sepanjang tiga bulan terakhir, mengacu Infovesta Fixed Income Fund Index per Selasa (12/3) lalu, performanya tumbuh 2,77%. Penyokong utama membaiknya kinerja reksadana berbasis obligasi ini adalah langkah Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan di level 6% sejak Desember tahun lalu. “Selama suku bunga tidak naik, harga obligasi akan stabil,” kata Wawan Hendrayana,
Head of Investment Research Infovesta Utama. Maklum, selama ini yang pelaku pasar takutkan ialah kenaikan suku bunga acuan. Efeknya, harga obligasi yang merupakan portofolio utama reksadana pendapatan tetap turun.
Bila kondisi itu terjadi, otomatis imbal hasil reksadana jenis ini jadi kurang menarik. Kondisi itulah yang terjadi sepanjang tahun lalu yang penuh sentimen negatif. Salah satunya, itu tadi, keputusan bank sentral yang beberapa kali mengerek suku bunga acuan. Alhasil, harga surat utang tertekan. Tambah lagi, nilai tukar rupiah juga melemah cukup dalam. Imbal hasil bisa 10% Nah, prospek kinerja reksadana pendapatan tetap hingga akhir tahun nanti berpotensi cerah. Soalnya, ada peluang BI menurunkan suku bunga acuan, menyusul meredanya ancaman kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve. Hanya memang, peluang penurunan BI 7-day reverse repo rate di semester pertama 2019 kecil. Wawan pun memperkirakan, secara rata-rata reksadana pendapatan tetap bisa mencatatkan kinerja sebesar 8% sepanjang tahun ini, dengan asumsi suku bunga acuan stabil di level 6%. Tapi, bila BI menaikkan suku bunga acuan menjadi 6,5%, maka kinerja reksadana pendapatan tetap bakal tertekan, dengan pertumbuhan 6%–7%. Sebaliknya, jika bank sentral memilih menurunkan suku bunga acuan menjadi 5%, kinerja reksadana pendapatan tetap akan melompat ke kisaran 9%–10%. Menurut Wawan, dengan ada potensi penurunan suku bunga acuan, reksadana pendapatan tetap yang mayoritas portofolio berisi obligasi tenor panjang bisa memberi keuntungan lebih tinggi ketimbang yang kebanyakan mendekap surat utang jangka pendek. Ia menyarankan, agar investor menahan investasi di reksadana pendapatan tetap dalam dua–tiga tahun ke depan. Ezra Nazula,
Director & Chief Investment Officer Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, membenarkan, instrumen obligasi sepanjang tahun ini cukup menarik. “Kami banyak menempatkan investasi di obligasi pemerintah,” ujarnya. Yang jelas, dalam lima tahun terakhir, berdasarkan Infovesta Fixed Income Fund Index, rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap menanjak hingga 28,95%. Bahkan, imbal hasil sejumlah produk jauh di atas indeks tersebut. Sebut saja, I-Hajj Syariah Fund yang jadi jawara reksadana pendapatan tetap periode lima tahun hasil pemeringkatan reksadana terbaik 2018 oleh Infovesta Utama. Produk racikan PT Insight Investments Management ini mencetak imbal hasil total 48,43%. Kemudian, Si Dana Obligasi Maxima di peringkat ketiga membukukan return 54,48% dalam lima tahun belakangan. Produk ini merupakan besutan PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen. Tertarik mengoleksi reksadana pendapatan tetap? Berikut strategi sejumlah manajer investasi dalam mengelola produk-produk yang masuk dalam daftar reksadana pendapatan tetap periode lima tahun terbaik versi Infovesta Utama:
Produk ramuan PT Samuel Aset Manajemen ini meluncur 27 Juli 2005 lalu. Mengacu data Invofesta Utama, Dana Obligasi Stabil memberikan imbal hasil total mencapai 52,92% sepanjang lima tahun terakhir. Sedang dalam satu bulan terakhir, Dana Obligasi Stabil menorehkan imbal hasil sebesar 1,10%. Kinerjanya cukup bagus seiring pasar obligasi yang membaik, yang jadi keranjang investasi utama produk kelolaan manajer investasi yang berdiri 1997 itu. Kondisi tersebut berbeda dengan tahun lalu yang penuh tantangan. Kenaikan suku bunga hingga pelemahan nilai tukar rupiah membuat pasar obligasi melempem. Alhasil, imbal hasil Dana Obligasi Stabil tahun lalu minus 0,48%. Sejatinya, kinerja Dana Obligasi Stabil masih belum optimal di bulan pertama tahun ini. Berdasar data Infovesta Utama, performanya baru mendaki begitu memasuki Februari. Kalau nilai tukar rupiah terus menguat, bukan tidak mungkin kinerja Dana Obligasi Stabil makin membaik. Terlebih, BI mempertahankan suku bunga acuan di level 6%. Bagi Samuel Aset, tahun ini merupakan saat yang tepat untuk mengoleksi surat utang jangka panjang dengan kupon menarik sebagai portofolio Dana Obligasi Stabil. Herbie Mohede,
Senior Fixed Income Portfolio Manager Samuel Aset, mengatakan, perusahaannya selalu mengkombinasikan obligasi korporasi berkupon tinggi plus memiliki fundamental baik dengan surat utang negara (SUN) yang likuid. Dengan strategi tersebut, Samuel Aset optimistis bisa mengejar target imbal hasil Dana Obligasi Stabil yang optimal untuk tahun ini. Sejak rilis 2005 lalu, produk ini mencatatkan rata-rata pertumbuhan kinerja sebesar 10% per tahun. Dengan nilai aktiva bersih (NAB) per unit sebesar 4.368,13 pada 12 Maret lalu, Dana Obligasi Stabil sudah mengumpulkan dana kelolaan total sebanyak Rp 706,9 miliar. Bagi yang berminat mengembangkan dana di produk tersebut, siapkan anggaran minimal Rp 250 juta untuk investasi awal dan paling sedikit Rp 100 juta buat investasi selanjutnya. Dana Obligasi Stabil mengutip biaya pembelian dan penjualan kembali masing-masing maksimal 1%.
Hingga 12 Maret lalu, NAB per unit produk gacoan Batavia Prosperindo ini tercatat sebesar Rp 3.874,01, dengan total dana kelolaan sebanyak Rp 69,4 miliar. Dan, sejak awal tahun atawa year to date, Si Dana Obligasi Maxima sudah mengukir imbal hasil 2,34%. Untuk tahun ini, Yulius Manto, Direktur Batavia Prosperindo, membeberkan, strategi investasi Si Dana Obligasi Maxima tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. “Kami masih fokus berinvestasi di obligasi korporasi,” ungkap dia. Pilihan investasi itu relatif lebih aman. “Terbukti, obligasi korporasi di 2018 tidak terkoreksi sebesar obligasi pemerintah,” kata Yulius. Untuk mendongkrak kinerja tahun ini, Batavia Prosperindo akan berupaya menaikkan keuntungan obligasi yang masuk portofolio produk yang meluncur Desember 2006. Caranya, dengan mengoleksi obligasi korporasi dengan rating bagus, durasi pendek, serta memiliki likuiditas baik. Manajer investasi yang beroperasi sejak 1996 silam ini juga akan membeli obligasi korporasi yang punya kualitas kredit baik, yang saat ini sedang ditawarkan dengan
yield menarik. Harapannya, dari kedua strategi tersebut, Si Dana Obligasi Maxima bisa memberi
return yang lebih baik dibanding bunga deposito. Untuk mengatasi berbagai risiko, Batavia Prosperindo menggunakan mekanisme
bonds universe dalam proses investasi di pasar obligasi.
Bonds universe mereka pantau dan evaluasi secara reguler. Tim riset dari Divisi Investasi yang akan melakukannya. Isi bonds universe adalah obligasi yang menurut tim riset Batavia Prosperindo layak beli. Lalu, penerbitnya mempunyai kemampuan membayar obligasi yang dikeluarkan memakai kas mereka. Yang tidak kalah penting, laporan keuangan perusahaan penerbit surat utang itu sehat dan punya risiko yang bisa diterima Batavia Prosperindo. Dengan berbagai strategi itu, Batavia Prosperindo menargetkan imbal hasil Si Dana Obligasi Maxima setahun ke depan sekitar 7%–9%. Mau? Investasi awal dan selanjutnya produk ini minimal Rp 10 juta. Biaya pembeliannya 1,5% dan penjualan kembali 0,5%.
- Manulife Dana Tetap Utama
Manulife Asset sebagai peracik mulai menawarkan produk ini pada 19 Desember 2012 lalu. Manulife Dana Tetap Utama memiliki komposisi efek bersifat utang minimal sebanyak 80% dan instrumen pasar uang dan efek ekuitas sebanyak 10%–20%. Produk ini selama lima tahun terakhir membukukan imbal hasil sebesar 49,03%. Sementara pertumbuhan unit penyertaan (UP)-nya mencapai 117,06%. Sampai 12 Maret lalu, NAB per unit produk ini mengalami pertumbuhan menjadi 1.878,82, dari posisi awal tahun Rp 1.810,57. Adapun dana kelolaan Manulife Dana Tetap Utama per akhir Februari lalu Rp 3,72 triliun. Menurut Ezra, hampir 100% penempatan dana kelolaan Manulife Dana Tetap Utama pada obligasi pemerintah. Perinciannya: 99,93% di surat utang pemerintah dan sisanya 0,07% di pasar uang. “Strategi pengelolaan investasi kami lebih ke obligasi pemerintah,” ucapnya. Sayangnya, Ezra menolak mengungkap target imbal hasil Manulife Dana Tetap Utama. Yang terang, prospek ke depan menarik, seiring era suku bunga acuan yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang membaik. Karena itu, produk ini sangat cocok bagi investor yang ingin berinvestasi secara jangka panjang, antara 5 sampai 10 tahun.
Mau pilih yang mana? Juara Reksadana Pendapatan Tetap Periode 5 Tahun Peringkat Produk Manajer Investasi Skor Akhir* 1 I - Hajj Syariah Fund PT Insight Investments Management 80,0 2 Dana Obligasi Stabil PT Samuel Aset Manajemen 79,4 3 Si Dana Obligasi Maxima PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen 76,2 4 Manulife Dana Tetap Utama PT Manulife Aset Manajemen Indonesia 75,4 5 Simas Income Fund PT Sinarmas Asset Management 72,8 6 Manulife Obligasi Unggulan PT Manulife Aset Manajemen Indonesia 72,6 7 Prestasi Alokasi Portofolio Investasi PT Kresna Asset Management 72,4 8 Dana Premier PT Equity Sekuritas Indonesia 72,0 9 Simas Danamas Mantap Plus PT Sinarmas Asset Management 70,8 10 Danamas Stabil PT Sinarmas Asset Management 70,6 * Hasil pemeringkatan Reksadana Terbaik 2018 Sumber: Infovesta Utama Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: S.S. Kurniawan