Peluang kinerja positif bagi perusahaan pelayaran



JAKARTA. Sepanjang tahun 2016 industri pelayaran di Indonesia menghadapi tantangan yang cukup berat. Kendati begitu, dari 13 emiten pelayaran yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang telah menerbitkan laporan keuangan tahun 2016, masih terdapat tiga perusahaan yang berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih.

Ketiga perusahaan berhasil menorehkan pertumbuhan laba bersih adalah PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) dengan pertumbuhan laba bersih hingga 64% US$ 5,38 juta sejalan dengan kenaikan pendapatan usaha 15,8% menjadi US$ 60,37 juta. Lalu diikuti dengan PT Sillo Maritime Tbk (SHIP) yang mencetak pertumbuhan laba bersih 13,5% seiring kenaikan pendapatan sebesar 145.

Kemudian PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) juga mencatat pertumbuhan laba bersih meskipun pendapatannya masih turun 9,9% menjadi US$ 406 juta. Laba bersih perusahan meningkat 50,6% menjadi US$ 12,2 juta.


Sementara itu, terdapat enam perusahaan masih mencatkan rugi dan sisanya mengalami penurunan kinerja. PT Trans Power Marine Tbk (TPMA), PT soeci Lines Tbk (SOCI), PT Tempuran Emas Tbk (TMAS) dan PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk (NELY) mengalami penurunan laba bersih.

Adapun perusahaan yang menderita rugi diantaranya PT Logindo Samudramakmur Tbk (LEAD), PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA), PT Rig Tenders Indonesia Tbk (RIGS), PT arpeni Pratama Ocean Line Tbk (APOL), PT Trada Maritime Tbk (TRAM) dan PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS).

Tahun ini, sejumlah perusahaan optimis industri pelayaran tahun ini akan lebih baik dari tahun ini sejalan dengan tren kenaikan harga komoditas. Humpuss Intermoda misalnya menargetkan pendapatan bisa tumbuh 20% di tahun 2017 dan laba bersih perusahaan diharapkan meningkat di atas 40%. Perusahaan cukup optimis karena bisnis Tug boat, angkutan minyak, offshore dan angkutan bahan kimia diperkirakan akan semakin bagus tahun ini.

"Bisnis offshore akan membaik karena harga minyak mulai mengalami peningkatan dan full capacity dalam tug boat karena harga komoditi membaik." kata Theo Lekatompesy, Direktur Utama HITS. Selain dari bisnis Tug boat, angkutan bahan kimia dan minyak, pertumbuhan bisnis HITS juga ditopang oleh bisnis pengerukan dan jasa kepelabuhan.

Maklum, perusahaan telah melebarkan sayapnya ke bisnis tersebut sejak tahun 2016. Sementara bisnis tersebut semakin prospektif ditengah gencaranya pembangunan pelabuhan.

Namun, Theo melihat prospek bisnis angkutan Gas /LNG agak lesu karena karena ketidakpastian semakin meningkat dengan adanya intervensi pemerintah lewat regulasi atas harga gas lokal. Ketidakpastian ini ditambah lagi dengan tertundanya proyek-proyek PLN untuk IPP Gas. Selain gas, prospek angkutan curah dan container juga dinilai masih jelek.

Theo mengatakan, pihaknya bisa mencetak pertumbuhan signifikan disaat perusahaan sejenis yang tercatat di BEI banyak mengalami pelambatan karena mereka sudah mulai fokus untuk angkutan gas LNG dan bahan kimia sejak tahun 2012. Kedua segmen tersebut masih mengalami pertumbuhan. Kemudian, perusahaan mengurangi kapal tangker minyak dan melakukan divestasi container dan curah yang kondisinya terus mengalmi penurunan karena sengitnya persaingan.

Andalkan ekspor komoditas

Senada, TPMA juga optimis industri pelayaran akan lebih bagus tahun ini karena harga komoditas masih bergerak naik. Perusahaan ini menargetkan bisa mencetak pertumbuhan pendapatan dan laba bersih tahun 2017 sekitar 10% -20%.

Trans Power Marine optimis target tersebut bisa dicapai karena aktivitas dan transaksi ekspor sudah mulai naik sejalan dengan meningkatnya harag komoditas terutama batubara." Sejak semester II tahun lalu, ekspor sudah mulai meningkat karena permintaan batubara mengalami peningkatan," kata Rudy Sutiono, Direktur TPMA.

TPMA melihat prospek harga batubara ke depan masih psoitif karena demand di pasar regional lebih banyak dibanding supply. Sementara di dalam negeri, permintaan komoditas hitam tersebut juga diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan maraknya pembangunan Pembangkit listrik.

Rudi mengatakan, saat ini permintaan akan kapal sangat besar sekali. Seluruh armada kapal tongkang dan kapal tunda TPMA sebanyak 35 set dan ditambah dengan tiga unit floating crane sudah terpakai seluruhnya atau full utilites.

Meskipun permintaan kapal terus meningkat, TPMA belum berencana menambah kapal karena perbankan hingga saat ini belum mau membuka pendanaan untuk industri pelayaran. Namun jika perbankan sudah membuka financing, perusahaan akan mempertimbangkan menambah armada kapal saat permintaaan kapal terus meningkat.

Sementara untuk sewa kapal saat ini menurut Rudy juga sudah tidak mengungtungkan. Pasalnya harga sewa juga sudah mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya harga komoditas. "Kalau tahun lalu kapal over supply, sekarang sudah tidak lagi makanya harga sewa sudah tinggi. Kalau kita sewa kapal untuk melayani kontrak baru marginnya sangat tipis. Jadi kita pilih fokus untuk kapal yang ada saat ini saja," tambah Rudy.

Sedangkan SOCI memperkirakan perusahan tahun ini tidak akan cenderung stagnan. Perseroan menargetkan EBITDA sekitar US$ 60 juta atau tumbuh tipis dari US$ 59 juta pada tahun 2016. Pasalnya, nilai kontrak yang akan mereka garap tahun ini diperkirakan akan sama dengan tahun-tahun sebelumnya sekitar US$ 200 juta sesuai dengan kapasitas 35 kapal yang dimiliki perusahaan. Adapun tiga kapal baru yang didatangkan sejak akhir tahun lalu belum mendapat kontrak karena masih baru akan mengikuti tender yang akan dibuka tahun ini.

Oleh karena itu, Paula Marlina, Direktur Keuangan SOCI mengatakan kenaikan harga minyak tidak banyak berpengaruh pada bisnis mereka. "Pertumbuhan kita tergantung pada konsumsi di Indonesia. Justru jika harga minyak turun kita malah diuntungkan karena konsumsi minyak akan meningkat," katanya pada KONTAN, Jumat (31/4).

Tahun lalu, SOCI mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 8,1% menjadi US$ 130,28 juta meskipun jumlah kontrak yang mereka tangani sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Kemudian laba bersihnya turun tajam hingga 48% menjadi US$ 21,2 juta karena adanya rugi kurs.

Paula menjelaskan, pendapatan SOCI turun meskipun kontrak stagnan karena sistem perjanjian kontrak ada dua macam yakni time charter dan spot charter. "Time charter, kita tidak menanggung bahan bakar kapal. Sedangkan spor charter, SOCI yang menanggung bahan bakar. Ini yang membuat pendapatan turun," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia