KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usaha madu lokal bisa menjadi bisnis yang menjanjikan. Bahkan, jika menjalankan serius, usaha ini bisa menembus pasar ekspor. Legitnya bisnis madu lokal telah Henry Hidayat, Pendiri Imago Raw Honey, rasakan betul. Keputusannya menjalankan usaha madu berbuah manis, yang berawal kegemaran mengonsumsi cairan dari sarang lebah ini. Henry bercerita, sebelum terjun melakoni bisnis madu dengan bendera Imago Raw Honey, ia dan istrinya bekerja di dunia
event organizer (EO) pada 2018. Saat menjadi EO, dia menerima tawaran dari sebuah perusahaan untuk memenuhi kebutuhan merchandise.
"Kami berpikir, kenapa tidak memperkenalkan madu nusantara sebagai suvenir perusahaan. Kebetulan, kami juga penggemar madu," ungkap Henry kepada KONTAN, Jumat (13/9). Nah, memasuki 2019, Henry bersama sang istri memutuskan untuk serius menekuni penjualan madu nusantara sebagai suvenir atau buah tangan selepas event berlangsung. Dari situlah, terbangun usaha Imago Raw Honey yang masih eksis saat ini.
Baca Juga: Memburu Cuan dari Budidaya Lebah Madu Asia Bahkan, saat Imago Raw Honey berdiri, Henry ditunjuk oleh Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan untuk memenuhi
official souvenir Wonderful Indonesia. Kala itu, dia mendapatkan order membuat 2.000 buah suvenir madu. Saat pandemi, Henry mengubah konsep bisnis dari
business to business (B2B) menjadi
business to consumer (B2C). Saat bersamaan, ia mengeluarkan produk bertajuk I Tox, madu bercampur lemon, jahe merah, serta kayu manis, dan mendapat respons positif pasar. Rahasia yang membuat Imago Raw Honey tetap eksis saat pandemi hingga sekarang, menurut Henry, karena dua hal.
Pertama, produknya menyasar segmen menengah atas.
Kedua, produknya sudah mengantongi izin yang lengkap, mulai dari uji lab, sertifikasi halal, hingga izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Untuk bahan baku madu Henry mendapatkan dari para petani lokal di daerah Bogor dan Garut, Jawa Barat. Kemudian, dia kerap mengeluarkan varian madu, seperti campuran madu dengan lemon segar dan rempah khas Nusantara. Hasilnya, kini, produk madu Imago Raw Honey berhasil menggaet pasar dalam dan luar negeri. Untuk pasar ekspor, produknya sudah menembus Korea Selatan dan Thailand. Bicara pendapatan, meski fluktuatif, rata-rata dalam sebulan Henry bisa meraup omzet Rp 150 juta hingga Rp 300 juta. Sebagian besar berasal dari penjualan suvenir perusahaan. Ke depan, Henry ingin memperluas pasar produknya ke beberapa negara, khususnya Asia. Tak hanya itu, dia juga tengah menjajaki kerjasama investasi dengan perusahaan asal Korea Selatan untuk mendirikan Imago Edu Farming dan Smart Farming yang merupakan pusat edukasi dan pusat budidaya lebah.
Rencana ini, dia targetkan, terealisasi pada tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Markus Sumartomjon