Peluang menjanjikan bisnis sayuran organik



Belakangan ini, makin banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya mengkonsumsi makanan sehat. Salah satunya dengan mengkonsumsi sayuran organik.

Penyuka sayuran tanpa zat kimia buatan itu rela merogoh kocek lebih dalam demi mendapatkan produk makanan sehat. Tak heran, banyak petani menangkap peluang ini dengan merintis usaha pertanian organik.

Salah satunya adalah Rezki Yani Anto (32), pemilik Yani Farm Organik di Bandung, Jawa Barat. Rezki merintis pertanian organik di lahan seluas 1,5 hektare (ha) sejak tahun 2011.  


Pria lulusan sarjana informatika ini mengaku tertarik mengembangkan pertanian organik karena peluangnya menjanjikan. "Kebetulan juga ada lahan kosong di Bandung yang bisa saya olah secara efektif," katanya.

Menurut Rezki, pertanian organik lebih menguntungkan karena harga jualnya lebih tinggi dari sayuran anorganik. “Harganya juga relatif stabil,” ujarnya.

Rezki hanya menanam dua jenis sayuran organik, yakni Spinach (Horenzo) dan selada Australia (Romaine lettuce). "Saya panen setiap 30 hari sekali," ucapnya.

Hasil panen tersebut dipasok ke supermarket dan restoran Jepang. Sekali panen, ia bisa mengantongi omzet hingga Rp 100 juta per bulan. Omzetnya lumayan besar karena harga jualnya memang tinggi.

Menurut Rezki, selisih harga dengan sayur anorganik mencapai 100%. Keuntungan lainnya, harga relatif stabil. Kendati hasilnya lumayan, ia harus merogoh kocek dalam buat modal awal merintis usaha ini.

Ia mengaku, menghabiskan biaya hingga hingga Rp 870 juta untuk merintis pertanian organik. Biaya tersebut banyak terpakai buat membangun green house. Sedangkan biaya perawatan tidak besar.

Paling banyak, kata dia, buat membayar gaji pekerja. Saat ini, ia mempekerjakan 30 orang karyawan. “Sebanyak 20 orang di lapangan dan 10 orang lagi di pembenihan,” paparnya.

Pemain lainnya adalah Vila Botani sebuah kawasan wisata di Bogor yang juga mengembangkan perkebunan organik sejak tahun 2006. Khusus untuk perkebunan organik memakan lahan seluas 1 ha. “Sementara untuk kawasan wisata luasnya 5 ha,” kata Oting, pengelola Vila Botani.

Vila Botani menanam berbagai macam sayuran organik, seperti bayam, wortel, buncis dan lain-lain. Aneka sayuran ini bisa dipanen setiap dua kali dalam seminggu, dengan volume panen mencapai 200 kilogram (kg).

Sayuran organik itu dijual secara delivery ke rumah-rumah dan beberapa apotek serta toko di Bogor. “Saat ini langganan tetap kami ada 20 rumah, biasanya mereka pesan dan kami antar ke rumahnya,” kata Oting.

Oting mengaku, omzet sayuran organik masih kecil, hanya berkisar dari Rp 3 juta sampai Rp 5 juta setiap bulan. “Soalnya fokus kami masih di kawasan wisatanya,” kata dia.         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri