KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri manufaktur dinilai masih punya prospek baik sepanjang tahun ini. Oleh karena itu lembaga pembiayaan masih menaruh perhatian pada sektor usaha ini. Menurut Fransisca Rita Gosal, Direktur J Trust Bank dalam seminar Indonesia Manufacturing Financial Planning, sebagai salah satu motor penggerak perekonomian industri manufaktur tetap punya harapan untuk bangkit. "Dengan efisiensi yang baik, kami melihat prospek yang masih positif," ujarnya dalam seminar tersebut, Kamis (24/9). Sementara itu Indra Wijaya Sutrisno,
Head of Finance Accounting & Business Development Astra Ventura mencontohkan beberapa sektor manufaktur yang punya prospek misalnya di otomotif. "Kami kebetulan banyak menangani sektor otomotif, di beberapa bulan terakhir market mobil kalau dilihat sudah mulai naik," sebutnya dalam seminar yang sama.
Astra Ventura yang merupakan Grup bisnis Astra ini menyediakan fasilitas pembiayaan dan penyertaan modal kepada Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM) yang fokus pada tujuh segmen usaha yang sejalan dengan lini bisnis Astra, salah satunya otomotif. Indra mengatakan perusahaan turut memperluas sektor yang dibidik Astra Ventura seperti bidang produk kesehatan. Sedangkan di luar sektor manufaktur, perusahaan juga melihat peluang bisnis pembiayaan yang positif dari sektor ritel, jasa kesehatan dan teknologi. Dari sisi investasi, beberapa sektor usaha manufaktur di kuartal kedua tahun ini menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) industri kimia dan farmasi di triwulan kedua tahun ini naik 30% secara tahunan menjadi Rp 4,7 triliun. Sedangkan PMDN sektor industri kendaraan bermotor dan alat transportasi mengalami pertumbuhan 78% secara tahunan menjadi Rp 1 triliun di kuartal kedua tahun 2020. Dari sisi Penanaman Modal Asing (PMA) sektor industri makanan menunjukkan pertumbuhan investasi 56% secara tahunan menjadi US$ 504,3 juta di kuartal kedua tahun ini.
Baca Juga: Kaji peluang kerja sama, Kementerian Pertahanan Jepang kunjungi PT PAL Indonesia Menurut Adhi Lukman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), meski pandemi tak menghalangi gairah investasi di sektor makanan dan minuman (mamin). Ia mengklaim sampai semester satu tahun 2020 investasi di sektor mamin sudah hampir menembus angka Rp 30 triliun. "Bahkan PMA nya saja naik. Yang dilihat memang investasi jangka panjang, karena prospek mamin di Indonesia masih bagus," katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (24/9). Dorongan berinvestasi menurut Adhi datang dari besarnya nilai GDP di Indonesia. "Dengan GDP per kapita tinggi maka tuntutan ketersediaan produk mamin makin beragam, bernilai tambah, fungsional dan bergizi," urainya. Sementara itu dari sisi sektor farmasi, juga mencerminkan geliat yang positif. "Salah satu sektor yang sedang kami genjot investasinya adalah industri farmasi. Hal ini sejalan dengan target kemandirian sektor kesehatan, baik industri farmasi maupun industri alat kesehatan,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu.
Di tengah kondisi sulit seperti saat ini, karena adanya wabah Covid-19, Kementerian Perindustrian juga sudah mengusulkan berbagai stimulus agar industri kita bisa meningkatkan produktivitasnya. Sebab, aktivitas manufaktur menurut Agus selama ini memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional, seperti dari capaian nilai investasi dan ekspor. Di lain pihak Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perindustrian, Johnny Darmawan sempat menjabarkan meski pandemi tapi tak semua sektor usaha kolaps. Masih ada harapan di era pandemi ini yang datang dari industri alat kesehatan (alkes), mamin, farmasi, dan telekomunikasi. Diharapkan pemerintah dapat segera meredam dan mengendalikan pandemi. Keberhasilan menangani pandemi juga akan turut menentukan akselerasi pemulihan ekonomi nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .