Peluang PTBA ketika batubara belum membara



JAKARTA. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) meraih kinerja cukup bagus di semester pertama tahun ini. Di periode tersebut, PTBA mencetak volume penjualan batubara 10,02 juta ton, tumbuh 11% ketimbang periode sama tahun lalu 9,03 juta ton.

Penjualan PTBA di semester pertama terdiri dari 40% ekspor dan 60% domestik. Selain itu, kenaikan penjualan disebabkan daya angkutan kereta api yang membaik. Hal ini menyebabkan target angkutan batubara KAI naik 50% dibandingkan tahun lalu menjadi 23,7 juta ton di 2016.

Dengan begitu, pelabuhan Tarahan dapat beroperasi penuh sesuai kapasitasnya sebanyak 25 juta ton per tahun. PTBA mendiversifikasi pendapatan dengan menggandeng PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dalam membantu program pemerintah mencapai target proyek kelistrikan 35.000 megawatt (MW) di masa mendatang.


"PTBA mengoperasikan pembangkit listrik berkapasitas 266 MW dan berencana membangun pembangkit 4,4 gigawatt lagi selama lima tahun mendatang," kata analis Bloomberg Intelligence Michelle Leung dalam risetnya, pada Kamis (21/7) lalu.

Meski begitu, analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya menilai, sebenarnya sektor pertambangan masih mengalami tekanan, seperti permintaan yang berkurang dan harga batubara yang belum stabil.

"Kebutuhan batubara belum melonjak signifikan," kata dia. Apalagi, koreksi harga minyak mentah dunia cukup mempengaruhi sektor pertambangan. Harga batubara masih berada di level US$ 60 per ton.

Tahun ini, kata William, tantangan di industri batubara masih cukup berat. Sampai akhir 2016, manajemen PTBA menargetkan volume penjualan bisa naik 51% menjadi 29,17 juta ton. Dengan begitu, pencapaian di semester pertama baru setara 34,3% target.

"Optimis atau tidak pencapaian target itu, tergantung pada strategi yang dijalankan manajemen," ungkap William. Dia bilang, PTBA mulai fokus ke trading dan pengangkutan batubara, bukan lagi eksplorasi tambang batubara.

Analis Bahana Securities Arandi Ariantara dalam risetnya mengatakan, ketimbang perusahaan tambang lainnya, PTBA memiliki cadangan terbukti tertinggi, yaitu 3,33 miliar ton. Sekitar 63% merupakan batubara sub-bituminous yang cocok untuk pembangkit listrik. Apalagi, PTBA telah melakukan perjanjian jual beli dengan PT PLN selama 25-30 tahun mendatang.

Arandi menambahkan, pada 2020 diharapkan volume penjualan PTBA bisa mencapai 30 juta ton, naik 55% dari realisasi tahun lalu. Tambahan volume akan datang dari penjualan ke PLTU Banko, yaitu 5,4 juta ton. Lalu penjualan ke Peranap 8,4 juta ton dan Sumsel 9 dan 10 sebesar 8.4 juta ton.

"Kami memperkirakan hal ini akan meningkatkan penjualan domestik PTBA sehingga porsinya bisa 74% pada tahun 2020," kata Arandi dalam risetnya, Kamis (14/7).

Dia memproyeksikan PTBA akan mengantongi pendapatan Rp 20,5 triliun pada 2020. William merekomendasikan hold saham PTBA dengan target Rp 11.000 per saham.

Arandi dan analis Danareksa Sekuritas Lucky Bayu merekomendasikan buy dengan target harga masing-masing senilai Rp 12.670 per saham dan Rp 12.250 per saham. Harga saham PTBA kemarin ditutup menyusut 1,74% menjadi Rp 9.875 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie